Mari Berdoa untuk Kemanusiaan
Senin, 27 Februari 2012
SILSILAH KELUARGA HEYDEMANS MANADO-AMURANG-BOROKO
Dihimpun : Paulus Heydemans
Diedit : Nency A. Heydemans
Mulai dihimpun tahun 1981 (dalam bentuk selebaran-selebaran kertas)
Bahan ini ditulis tahun 1989
SILSILAH KELUARGA HEYDEMANS MANADO-AMURANG-BOROKO
Seorang wanita Manado asal Sindulang, pada tahun 1764 kawin dengan seorang Eropa bernama besar (Vam) Heydemans. Mereka menetap di Sindulang, yaitu desa yang terletak beberapa puluh meter sebelah Utara Benteng Belanda Fort Amsterdam.
Fort Amsterdam itu didirikan Belanda (VOC) pada tanggal 30 Desember 1665 atas perintah gubernur jenderal yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) setelah mendengar usul gubernur Simon Cos yang berkedudukan di Ternate.
Benteng beton ini sengaja didirikan untuk menggantikan benteng kayu (De Nederlandsche Vestigheid) yang dibangun Simon Cos delapan tahun lalu yaitu tahun 1657.
Pendiri benteng ini tidak terlepas dari keinginan rakyat Manado atau Minahasa yaitu mengirimkan empat orang utusan (Suyut, Paat, Lontoh, dan Lontaan) menumpang kapal Belanda “De Beer” berangkat dari pelabuhan Manado pada tahun 1653 menuju Ternate, menemui gubernur Jacob Husterdt meminta bantuan tentara Belanda mengusir Spanyol dari Manado.
Gubernur Jacob Husterdt berkeinginan keras membantu rakyat Manado mengusir Spanyol. Tetapi keinginan itu nanti terlaksana empat tahun kemudian yaitu 1657 ketika Jacob Husterdt telah diganti Simon Cos sebagai gubernur Ternate yang wilayahnya mencakup Indonesia Timur termasuk Manado atau Minahasa.
Tahun 1657 itu Simon Cos datang di Manado lengkap dengan tentaranya, mendarat ditepi sungai Sindulang dengan mendirikan benteng kayu yang bernama “De Nederlandsche Vestigheid” yang dijaga oleh sepasukan Belanda dipimpin oleh Paulus Anddriessen.
Pembongkaran benteng kayu dan pendirian benteng beton yang mulai dikerjakan pada 30 Desember 1665 itu dipimpin oleh kapten Jan Baptista. Ia ternyata mempunyai sifat yang tidak baik yaitu menjual pakaian-pakaian seragam tentara Belanda kepada rakyat biasa, juga menjual pangkat (letnan, kapten, mayor) kepada para pekerja benteng, sehingga terbentuklah sekelompok tentara gadungan yang kurang menghormati pemimpin masyarakat pribumi.
Akibat keteledoran Jan Baptista maka raja Loloda Mokoagow (raja Bolaang yang menguasai kerajaan Manado) menarik kembali janjinya untuk membantu pembangunan benteng beton itu. Raja Loloda Mokoagow memerintah rakyat Manado, berhenti bekerja dan mengancam semua orang Minahasa yang datang bekerja di Manado. Raja Loloda Mokoagow kemudian meninggalkan Manado menuju Amurang dan menetap di sana.
Setelah dipengaruhi Belanda, akhirnya pada tahun 1667 para pemimpin masyarakat Manado mengeluarkan sebuah pernyataan penting yakni tidak mengakui lagi kekuasaan Loloda Mokoagow (raja Bolaang) terhadap wilayah Manado, bekas wilayah kerajaan Babontehu.
Tanggal 28 Mei 1668 gubernur Ternate Maximillian Dejongh (pengganti Simon Cos) datang di Manado dan memerintah Loloda Mokoagow mengadakan musyawarah dengan para pemimpin masyarakat Manado, tetapi para pemimpin masyarakat yang telah dipengaruhi Jockum Sippman (pengganti Jan Baptista) tidak ada yang datang untuk bermusyawarah dengan alasan “telah putus hubungan dengan raja Loloda Mokoagow dari Bolaang itu”.
Dan pada saat itu juga kerajaan Manado runtuh, VOC kemudian menjadikannya sebagai “Walak Manado” sejajar dengan Walak lainnya di Minahasa. Dengan dukungan masyarakat Manado maka Jockum Sippman berhasil memimpin para pekerja mendirikan benteng beton itu, tanpa campur tangan raja Loloda Mokoagow. Benteng beton itu kemudian diberi nama “Fort Amsterdam”, diresmikan penggunaannya oleh gubernur Ternate Cornelius Franex (pengganti Simon Cos) pada tanggal 14 Juli 1673.
Fort Amsterdam menjadi pusat kegiatan kompeni Belanda (VOC) di bidang: perdagangan, bidang pemerintahan, bidang pertahanan militer, dan bidang penyiaran agama Kristen Protestan. VOC (Vereenigde Oost Compagnie) adalah Serikat dagang Belanda yang diserahkan semua hak pemerintah atas wilayah jajahan Belanda di Asia yang terbentang dari India sampai Taiwan. Di Indonesia VOC dipimpin oleh seorang gubernur jenderal yang berkedudukan di Batavia (Jakarta). Di Ternate dipimpin oleh seorang gubernur yang wilayah kekuasaannya meliputi Indonesia bagian Timur termasuk Sulawesi Utara. VOC didirikan tahun 1602 dan dibubarkan 31 Desember 1799. Untuk mengamankan daerah sekitar benteng Belanda, maka Belanda mengangkat dan melatih sekelompok orang keterunan Eropa menjadi Schutterij (pasukan pertahanan rakyat).
Tahun 1758 setelah setahun Belanda mendirikan benteng kayu “De Nederlandsche Vestigheid”, maka Belanda membentuk Schutterij (pasukan penembak) sebanyak 60 orang yang diambil dari orang-orang borgo Manado.
Tahun 1764 Belanda memperbesar pasukan orang-orang Borgo itu dengan menambah tugas baru yakni memberantas pencurian dan mencegah kebakaran.
Tahun 1777 bajak laut Mangindano (Filipina) dari pulau Mindano sebanyak 30 buah kapal menyerbu Fort Amsterdam. Setelah membakar beberapa rumah penduduk, mereka mencoba menyerang benteng tetapi dihantam oleh meriam dan senapan pasukan borgo yang dipimpin oleh Letnan Cornelis Willemsz.
Orang Borgo (Inlandsche Borgers) atau penduduk kota adalah diangka oleh Belanda. Orang-orang Borgo itu adalah:
1. Keturunan Spanyol dan Portugal, hasil perkawinan wanita Indonesia dengan tentara Spanyol dan Portugal. (wanita Manado-Minahasa telah kawin dengan orang Spanyol sejak tahun 1525 dan dengan orang Portugal sejak tahun 1550).
2. Tentara Spanyol yang masih aktif yang beristrikan orang Manado, tidak ingin pulang ke Spanyol, dan berjanji setia kepada Belanda
3. Para pensiunan tentara Belanda yang telah kawin dengan wanita Manado dan bermaksud menetap tinggal di Manado, tidak ingin pulang lagi ke Balanda.
4. Semua anak-anak keturunan wanita Manado yang kawin dengan Belanda atau keturunan Belanda.
Jadi, keluarga Heydemans pertama yang hidup dengan istrinya di Sindulang pada tahun 1764 itu adalah suatu kehidupan yang amat terikat dengan kesibukan benteng Fort Amsterdam.
Dari perkawinan ini, lahirlah Johan Heydemans pada tahun 1765 yang bekerja kepada Belanda (mungkin Johan Heydemans menetap di Sindulang dan ketika dewasa menjadi anggota pasukan pertahanan rakyat). Tahun 1799 Johan kawin dengan wanita Sindulang dan pada tahun 1800 lahirlah Hendrik Heydemans.
Hendrik semula menetap di Sindulang, tetapi setelah menikah tahun 1825 dengan seorang wanita Sindulang, Hendrik pindah ke ujung Utara desa Sindulang yaitu daerah Bitung besar (sekarang Bitung Karangria). Dari perkawinan ini lahirlah tiga orang anak laki-laki yaitu Paulus Heydemans lahir 1834, Lorens Heydemans lahir 1837, Christian Heydemans lahir 1841.
Paulus Heydemans lahir 1834 di Bitung besar, ketika dewasa menjadi anggota pasukan pertahanan rakyat yang ditempatkan di pos Belanda Amurang. Paulus Heydemans menetap di Amurang dan kawin dengan Nona Weydemuller keturunan Belanda. Keluarga Heydemans-Weydemuller ini dikaruniai enam orang anak, yakni:
1. Saul Heydemans lahir 1869.
2. Maria Heydemans lahir 1872.
3. Nungka Heydemans lahir 1876.
4. Jacoba Heydemans lahir 1880.
5. Hendrik Heydemans lahir 1884.
6. Ismael Nyong Heydemans lahir 1888.
Lorens Heydemans lahir 1837 di Bitung Besar (sekarang Bitung Karangria), ketika dewasa menjadi anggota pasukan pertahanan rakyat yang ditugaskan dibenteng Fort Amsterdam (Manado). Lorens Heydemans kawin dengan wanita Minahasa yang bernama Lylitji Takalao. Keluarga Heydemans-Takalao dikaruniai tiga orang anak perempuan yakni:
1. Maria Heydemans lahir 1857.
2. Mouti Heydemans lahir 1852- - (1859)
3. Yohana Ane Heydemans lahir tahun 1861.
Christian Heydemans lahir 1847 di Bitung besar (sekarang Bitung Karangria), ketika dewasa menjadi anggota pasukan pertahanan rakyat yang ditempatkan di Boroko Kaidipang. Christian kawin dengan Hamima Dotumogu dan menetap di Boroko. Keluarga Heydemans-Dotumogu tiga orang anak, yakni:
1. Yohana Heydemans lahir 18..
2. Abeldjida Heydemans lahir 18..
3. Overs Heydemans lahir 18..
Literatur
Keterangan tentang benteng Belanda, baik benteng kayu maupun benteng beton serta sejarah orang Borgo Manado adalah dikutip dari beberapa buku di bawah ini:
1. Sejarah Minahasa. Karangan H.M. Taulu. Tahun 1955. Penerbit Toko Buku Rame.
2. Sejarah Minahasa. Karangan F.S. Watuseke. Cetakan pertama 25 Pebruari 1961. Dan cetakan kedua 14 Januari 1968.
3. Minahasa: dari amanat watu pinawetengan sampai gelora minawanua. Karangan Bert Supit 1986. Penerbit: Sinar Harapan Jakarta.
4. Struktur Bahasa Melayu Manado. Hasil Penelitian Kanulie Pendidikan dan Kebudayaan Sulut, Fakultas Sastra Unsrat, Fakultas Keguruan Seni Sastra. IKIP Negeri Manado, Pebruari 1977.
5. Minahasa: pemerintahan purba sampai ketangan VOC dan tiga perang tondano, disusun oleh Dvs R.E.H. Tambuwun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Sekarang Saya Sudah Tau Kalau Heydemans itu Bukan Hanya Dari Keturunan Belanda Tetapi Dari Spayol Dan Portugis Juga...........Thankz Buat Semuanya...!!!
Posting Komentar