Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Acara Perkenalan

Saya senang bisa terpilih menjadi salah satu peserta utusan PERUATI Minahasa dalam workshop menulis narasi yang diselenggarakan PANTAU, Mawale Movement dan UKIT. Ini menjadi pengalaman pertama saya mengikuti workshop dibidang penulisan narasi. Mengingat, selama ini saya menulis dengan metode sendiri tanpa teori. Alias menulis, ya…menulis mengalir begitu saja, secara alami.
           Selama sejam menempuh perjalanan Manado-Tomohon melalui sebuah angkot bus, akhirnya saya tiba di UKIT. Setibanya di Tomohon, saya di jemput seorang teman bernama Hendra. Hari itu, Senin 23 Januari di mana jam ditangan saya menunjukkan pukul tujuh malam, saya tiba di asrama West Hill. Untung saja saya tidak dikejar waktu. Mengapa demikian? Karena masih sejam lagi acara perkenalan di mulai, pikirku.
            Ketika turun dari motor Suzuki Thunder milik Hendra, aah hujan deras mulai turun. Saya mulai panik melihat tidak ada penghuni satupun di asrama itu. Dinginnya kota Tomohon sampai terasa grrrrrrrr (kedinginan). Hp menjadi solusi untuk bertanya pada Denni Pinontoan mengenai kegiatan pembukaan itu.
            “Malam bae kk, di mana posisi sekarang dank? Apakah pertemuan perkenalan somo mulai? Bagaimana tamang parampuang lainnya yang tinggal di asrama dank?” Cetusku.
            Sambil menatap embun tebal yang menusuk jiwa nan kering ini, menatap ke arah lapangan UKIT, maka jawabannya?
            “kakak ada di Aula UKIT sekitar sepuluh menit yang lalu, datang jo kamari  di aula voor mo ba daftar kong barang-barang taruh jo di kamar asrama. Mungkin Nina ada kaluar karena di sini nda ada dia”, kata Denni.
            Saya langsung bergegas mengantarkan barang di lorong Yehova kamar nomor sembilan asrama West Hill. Sepuluh menit kemudian, saya tiba di aula UKIT. Ternyata baru lima peserta dengan saya yang mendaftar. Fahri Salam dan Imam Sofian telah berada di tempat sambil berdiskusi dengan peserta.
            Sementara saya mengisi pendaftaran peserta (termasuk nama, nomor hp dan blog), Imam yang lagi duduk itu menanyakan rekannya yang bernama Wensi (atau biasa disebut Wempi). Itulah awal mulanya saya berkenalan dengan Imam yang akrab dan asyik diajak ngobrol.
            Ruangan berhiaskan peninggalan sisa natal, dinding putih, terdapat sebuah mimbar di atas panggung, banyak kursi, sedikit meja dan, terdapat burung garuda yang didampingi oleh kedua foto presiden dan wakil presiden. Sangat disayangkan, dari sekian banyak kursi di ruangan ini, hanya sedikit kursi yang pilih untuk di duduki. Artinya, dari sekian banyak peserta yang berminat untuk mengikuti kegiatan workshop ini, maka panitia hanya memilih dua puluh peserta. Lanjut, posisi tempat duduk dan meja peserta berbentuk U, di depannya terdapat dua layar sebagai alat bantu instruktur menyampaikan materi.
            Di hp saya ini jam menunjukkan pukul delapan malam, tibalah pada acara pembukaan yang dipimpin oleh Denny. Kemudian, di sesi perkenalan dipandu oleh Fahri Salam. Dia seorang penulis dari Jakarta, selain itu dia juga pemandu peserta belajar bikin deskripsi dan feature serta mengandalkan contoh-contoh karya klasik. Hematnya, Fahri yang berkulit sawo matang, rambut hitam berombak, memakai jeans dan jeket biru kehitam-hitaman itu, menjadi pemandu perkenalan antara para peserta dan instruktur.
          Nah, dengan cara apa Fahri mengenal kami?
         “ Apakah motivasi anda mengikuti pelatihan ini? dan bagaimana harapan atau cita-cita anda di tahun-tahun berikutnya?” pertanyaan ini dilontarkan Fahri sambil duduk di kursi rotan coklat itu.
         Tidak terkecuali, pelbagai jawaban disampaikan peserta. Inilah cikal bakal saya mengenal rekan peserta yang lain. Maksudnya, saya mengenal mereka bukan hanya nama saja, melainkan tujuan dan atau motivasi datang di tempat ini serta harapan masa depan mereka.
         Di satu sisi, malam mulai makin dingin, terdengar suara rintik-rintik hujan dan pemandangan kelihatan berkabut. Jangan salah, kabut di ruangan ini berasal dari asap rokok para peserta yang doyan ngerokok. Di sisi lain, “kelas kecil” ini mulai saling memberi ruang untuk berinteraksi. Interaksi ini dilanjutkan Fahri dengan jadwal kegiatan materi selama lima hari ke depan. Akhirnya, acara perkenalan telah usai, para peserta digiring ke tempat yang telah disiapkan oleh panitia. Hari pertama itu, saya tidak  menginap di asrama West Hill. Bersyukur Riane Elean bisa menampung saya tinggal di penginapannya sampai tulisan ini ditulis.


Tomohon, 25 Januari 2012
Nency A. Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: