Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Yosua 10:28-43

  Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati. Itulah sebuah pantun yang cukup populer dan bagaimana pantun ini menggarisbawahi bahwa mata itu penting. Pada mulanya dari mata dan oleh sebab itu banyak ungkapan tentang kata ‘mata’. Sebuah benda kenangan disebut tanda mata. Dihina orang karena bodoh maka dipandang sebelah mata. Sebuah ungkapan terima kasih mempelai kepada hadirin di acara pernikahannya disebut cendera mata. Banyak cowok atau banyak cewek disebut mata keranjang. Acara tukul di TV adalah empat mata. Orang yang ingin memeluk bumi dengan sikap mendominasi dan menakhlukan disebut mata duitan. Pengintip rahasia suatu daerah disebut mata-mata. Dogma yang terlalu memutlakkan disebut kaca mata kuda. Nah, strategi Yosua untuk memusnahkan lawan yakni  menggunakan mata pedang.

            Ternyata mata memiliki peran yang sangat penting. Mata bukan hanya berfungsi untuk melihat, tetapi juga menilai dan memusnahkan. Begitu juga Yosua memasang strategi penyerangan melawan kota Libna, Lakhis, kota Elon dan negeri Hebron dengan menggunakan mata pedang (ay. 28, 30, 32, 35, 37, 39) untuk penumpasan negeri-negeri tersebut. Alhasil, penaklukan bagian Selatan Kanaan berhasil direbut Yosua dan bangsa Israel demi nama Tuhan (?), demi persembahan kepada-Nya.

            Dalam peperangan dan penumpasan bangsa-bangsa yang dijajah, Tuhanlah yang berperang. Bangsa Israel dan Yosua sebagai alat perang Tuhan. Peperangan untuk suatu kekuasaan dan pengakuan bahwa bangsa ‘pilihan’ dipimpin oleh Tuhan Allah Israel (ay. 42). Disinilah otoritas dan otoriter Tuhan Allah bangsa Israel. Nah kalau begitu selain Yosua memakai mata pedang memusnahkan musuh, maka adakah cara lain Yosua menakhlukkan negeri-negeri itu? Dalam MTPJ (Menjabarkan Trilogi Pembangunan Jemaat) memaparkan bahwa Yosua juga melakukan peperangan rohani. Bagaimana caranya? Prayer walk – di mana bangsa Israel memakai doa sambil mngepung negeri-negeri itu. Inilah disebut peperangan fenomenal, ya peperangan rohani.

            Kita selalu mendengar kalimat ora et labora (berdoa dan bekerja). Nah, bagaimana dengan berdoa dan berjalan? Di jalan mana kita perlu berdoa? Seringkali kita terlalu sibuk dengan rutinitas kerja. Akhirnya, kita lupa menyediakan waktu untuk merenung sambil berdoa, dan berdoa sambil merenung. Maksudnya, berdoalah, bercakap-cakaplah dengan Tuhan Yesus ditengah jeritan realita hidup yang keras dan kejam. Dalam kehidupan keluarga yang ribut maar rukun, dalam mencari jodoh, ketika berada di usia lanjut, kala menderita sakit kanker, diabetes, jantung dll, di mana bisnis mengalami kemunduruan bahkan bangkrut, belum mendapat pekerjaan, atau di PHK kemudian, berdoalah ketika menjelang ujian dan berdoalah dalam pujian ucapan syukur ketika bertambah usia. Nah, apakah saya dan saudara/i telah menyediakan waktu untuk berteduh dalam doa?

            Menurut saudara/i, apakah peperangan memenangkan jiwa seseorang masuk dalam agama Kristen (mis. GMIM) adalah sikap terpuji yang dikendaki oleh Tuhan Yesus? Memenangkan jiwa di sini bukan untuk memaksa orang lain mengikuti saya, melainkan suatu sikap terbuka dan sikap untuk mengikuti keteladanan Yesus. Jangan sampai kita dicerca dengan sebutan mencuri domba, atau mengambil milik seseorang yang beragama lain atau berdominasi lain. Mengingat, di Minahasa dan atau Manado terdapat fenomena pelbagai dominasi yang bertumbuh banyak bak jamur di musim hujan. Tokh kalau begitu, sudah siapkah gereja menjadi teladan dalam perkataan, pikiran dan menjalankan apa yang telah Yesus orang Nazaret lakukan?

            Menjalankan perbuatan Yesus dan menjadi pengikut Yesus sungguh tidak mudah. Mengapa demikian? Makin dekat kita kepada Tuhan, maka makin banyak masalah atau pencobaan datang. Sungguh, berjalan bersama Tuhan penuh dengan lika-liku, angin ribut bahkan kisruh dan ricuh. Jika satu masalah datang dan berakhir, maka berdoalah kepada Tuhan untuk menambah masalah yang lebih besar lagi agar saya, saudara/i mengimani bahkan kelak Tuhan Yesus akan membuka jalan keluar disetiap persoalan. Dengan cara apa Tuhan membuka jalan? Tuhan bisa memakai siapa saja yang diutusnya menjadi alat perdamaian, keadilan dalam nuansa diberkati penuh rahmat. Bisa juga Tuhan memakai alat atau media buku-buku renungan rohani dalam pencarian keteduhan jiwa, hati dan pikiran mengenai pelbagai masalah yang dihadapi.

            Saudara/i yang dikasihi dan mengasihi Tuhan Yesus, apakah Yosua memakai kekuasaannya dalam menumpas negeri-negeri itu? Kekuasaan untuk berkuasa itulah yang terjadi. Kekuasaan ibarat pisau. Sebilah pisau disatu sisi  dapat digunakan untuk memotong sayur, ikan untuk di masak. Disisi lainnya, pisau dapat dipakai untuk membunuh yang mengakibatkan bencana konflik antar manusia.

            Di negara Indonesia, terjadi kekuasaan berat sebelah. Artinya, Kasus yang sedang hangat dibicarakan oleh publik, misalnya kasus si bocah mencuri sandal jepit milik polisi; kasus Rosminah yang bekerja 10 tahun sebagai pembantu rumah tangga di tuduh majikan Siti Ayisa Soekarno Putri telah mencuri 6 piring makan. Ia dihukum oleh MA 140 hari penjara dan sebelumnya telah masuk penjara 4 bulan. Inilah sebagian kecil contoh kasus ketidakadilan bagi bocah pencuri sandal jepit yang lagi terjepit, masyarakat termaginalkan (atau tidak diperhitungkan) yang ditekan oleh penguasa yang memiliki kekuasaan. Sangat ironis penegak hukum negeri ini. hukum sudah baik, tinggal orangnya yang kurang manusiawi dan pilih kasih kepada pembesar/penguasa.

          Nah, apakah  ini suara profetik (suara kenabian) dari Tuhan mengenai keadilan hukum? Sudah jelas bahwa hukum perlu memakai kaca mata baru, memakai mata hati nurani yang bersih tanpa pilih kasih bahkan siap menegakkan kejujuran dalam bingkai keadilan sosial. Yesus orang Nazaret membela mereka yang termarginalkan karena status sosial, pelecehan agama kepada kaum perempuan dan anak-anak tokh, di manakah sikap kita meneladani perbuatan Yesus? Sudah bersikap adil-kah kita dalam kehidupan keluarga, berjemaat dan bermasyarakat?

            Marilah kita belajar jujur mulai dari diri sendiri. Apapun profesi kita, apapun kegiatan kita, apapun program rencana kerja kita, tokh tidak rugi kalau dimulai dari jalan lurus, jalan jujur yang memberi sinar/cahaya bagi siapa saja, bagi secerca jeritan cahaya yang lagi redup serta berkontribusi dalam doa dan aksi. Tuhan memberkati perjuangan dan pergumulan hidup kita. Amin.



Khotbah Kolom 11, GMIM Bukit Karmel Batu Kota Manado
Manado,  2 Februari 2012
Nency A Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: