Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Malam Minggu (?)

Di setiap kode buntut,
Di sela kaki berlutut.
Saya terperosok dalam akal,
saya membawa hati tambal.
Inilah hidup, tak semudah kode teka-teki,
Dan tak serumit hati berbicara kepada kaki.

Aah, keajaiban berpikir..,
Berpikir apa adanya pikiran ini.
Ternyata, ada apa dibalik pikiran yang sedang dipikirkan.
Kebingungan, bertanya dan merefleksikan untuk apa harus memikirkanmu?
Bagaimana dengan hati nurani? Apakah sudah ditelan otak yang berbekal keajaiban berpikir?
Jika dipikir-pikir, mengapa saya memikirkan pembaca membaca tulisan ini?
Naah, pembaca malah asyik memikir tulisan yang agak ‘buram’ ini.
Hmmm, jangan-jangan pembaca abis pikir memikirkan tulisan tanpa alur berpikir ini?
Ayoo., mulai pusing tokh !

Titik sepi yang menjenuhkan,
Kala semua mata terlelap.
Titik balik menghantui,
kala kedua bola mataku terjaga.

Bagi muda/i, malam minggu waktunya pacaran.
Bagi teolog, malam minggu waktunya persiapan khotbah minggu.
Lanjut, kapan malam minggunya? Hmm, kapan yach?

Kesulitan tidur makin menjadi, takbir bibir membisu.
Merusak goresan rasa yang salah berlabuh.
Karamnya khotbah, bosannya cinta dan ambigunya rindu.
Berlari-lari di kejar angin ‘fals’.
Untung saja, lagu bang Iwan Fals mencerahkan akal buntu ini.
Sambil memohon hikmat Tuhan bak malam merindukan rembulan.


Manado, 14 Januari 2012
Pukul 03.00 WITA
Nency A Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: