Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Refleksi Mata Kuliah Pancasila dan Agama Sipil

Bumi ibu pertiwi menangis karena ketidakadilan dan kekerasan.
Pengalaman hidup bersama menjadi sirna dalam keserahkahan dan keegoisan.
Budaya bisu terjadi dalam kampanye politik berselimut uang.
Pengetahuan menjadi candu bagi kaum elitis tak etis.

Apakah Pancasila hanya sebuah cek kosong?
Apakah perlu menanggalkan ‘boneka’ yang berbaju kekristenan Barat?
Apakah aku bisa memakai baju kekristenan Minahasa tanpa pengaruh budaya Barat ?
Apakah Pancasila itu Injil dalam konteks Indonesia menurut Indonesia?
Sejenak muncul dalam pikiran, manakah yang disebut Injil, Alkitab atau Pancasila?
Tergantung bagaimana kita menafsirkannya menurut ideologi masing-masing.

Hati kuatir, pikiran kacau, mata tajam menatap sang ‘guru’ memberikan perspektif unik dan konservatif.
Kupu-kupu putih hinggap ditanganku, seakan memberi arti.
Akademik mencuci ‘otak’ku sampai nafas terasa berat dan muka suram.
Hati berkobar, gaung terdengar apakah kita ini akan menjadi teolog picah belangga?

Konsep keselamatan, Trinitas, sorga-neraka, Alkitab adalah firman Tuhan di pertanyakan (?).
Jangan pusing dengan keselamatan karena keselamatan urusan Tuhan,
Yesus tidak pernah berkata Tuhan, Yohanes sendiri yang mengatakan Yesus itu Tuhan.
Yesus dalam kemanusiaan itulah yang memanusiakan manusia dengan membela kaum kalah.
Sorga di bumi dan oleh karena itu berbuat baiklah kepada sesama dan alam.
Kasih, dan perbuatan baik dilakukan kepada sesama niscaya kedamaian melingkupimu.
Pekabaran Injil berisi kabar kemanusiaan menjunjung tinggi kesetaraan dalam Pancasila.

Agama bukan Tuhan.
Agama mengalami transformasi dalam realita sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Terjadi transformasi iman Kristen dengan mengatakan ada kebenaran lain disana.
Ketika memutlakkan dogma aku ini yang benar, disinilah kita sedang menyembah berhala Kristen.
Tuhan bisa pakai siapa saja, apakah ia beragama atau tidak beragama.
Tuhan banyak nama dan Tuhan dikelilingi oleh banyak agama.
Tidak ada politik tanpa masalah agama sebaliknya,
Tidak ada agama tanpa masalah politik.
Dengan mengucap atas berkat Tuhan Yang Maha Esa maka disitulah politik-agama masuk.
Apakah teori agama sipil sudah runtuh dengan hadirnya freemasonry?
Teosofi wajah lain dari freemasonry.

Pancasila dan UUD’45 seperti Lingkaran spiral,
ia berisi konsensus bersama, kemanusiaan dan keadilan,
ia mengandung injil (tataran etnisitas) dan dokumen sakral (tataran nasional).
Iman, kasih dan perbuatan baik menjadi satu harmoni damainya Bangsa Indonesia.

Salam Perdamaian,
Salatiga, 20 Juni 2010

2 komentar:

Unknown mengatakan...

salam damai nency..

Nency Heydemans Moningka mengatakan...

Salam basodara jua kk :)