Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Antrian Minyak Tanah

   Pernahkah anda melihat antrian panjang sampai beratus-ratus meter? fenomena antri bukan hanya manusia, ada juga antrian beratus gelon. Gelon berbagai macam volume dan warna. Dari volume lima liter sampai dua puluh lima liter, dari berwarna putih sampai berwarna kecoklat-coklatan karena tidak pernah di cuci.
            Mengapa muncul antrian gelon? Apakah gelon ini untuk di jual? Sama sekali bukan. Minyak tanah menjadi penyebab antrian gelon dari lorong pertama masuk ke lorong kedua bahkan lorong ketiga. Yang lebih unik lagi, pemilik gelon ikut-ikutan berdiri di samping gelonnya. Tak bisa dihindari pemilik gelon aduh mulut, seorang ibu pusing berdiri di bawah terik matahari bahkan polisi ikut mengamankan suasana “panas” baku angka peda (baku bawah pedang). Sangat ironis! Belum lagi setiap keluarga hanya mendapat jata (bagian) 5 per kepala keluarga di setiap lingkungan di mana ia (warga) berdomisili.
Kelangkaan minyak tanah belakangan ini menjadi topik menarik di bicarakan masyarakat kota Manado. Menariknya, isu kelangkaan minyak tanah memicu meningkatnya harga minyak tanah. Akibatnya, masyarakat seakan ‘dipaksa’ beralih dari kompor sumbu ke kompor gas.
            Kalau tokh gas akan menjadi bahan bakar masak-memasak, Mengapa banyak masyarakat kota Manado masih mempertahankan minyak tanah dan “terjepit” rasa takut jikalah suatu waktu kompor gas bisa menghanguskan rumahnya? Apakah ini kurang kesiapan pemerintah memicu masyarakat pindah ke kompor gas? Belum tambah lagi minyak tanah di jual seharga Rp 12.500 sampai Rp 15.000. Harga empat kali lipat dari pangkalan minyak tanah ini, banyak di jual di pasar-pasar. Alhasil, harga ini memicu masyarakat menderita bahkan menderitakan masyarakat.
            Untuk meminimalisir penggunaan bahan baku minyak bumi yang tak bisa diperbaharui maka sekarang ini muncul beberapa bahan baku yang dapat dibuat sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahan baku ini disebut bioetanol (C2H5OH). C2H5OH adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan bakunya yaitu Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete; Bahan berpati: a.l. tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia. Ada juga tanaman jarak (bahasa Latin Jatropha) yang pada umumnya di Indonesia ditanam sebagai pagar pekarangan sehingga namanya dikenal sebagai jarak pagar. Tanaman jarak ini di Brasil tercatat sejak tahun 1970-an sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar alkohol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Biodiesel dikenal sebagai produk yang ramah lingkungan, tidak mencemari lingkungan dan berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku masak-memasak misalnya tanaman jarak pagar, karet, kelapa, sirsak dan srikaya. Semuanya perlu di dukung dengan teknologi canggih dan SDM yang cerdas.
          Dari manakah asalnya minyak tanah? Saya akan mengajak pembaca masuk dalam paradigma Misi Penciptaan. Tuhan menciptakan segala sesuatu baik, termasuk tumbuh-tumbuhan. Berpedoman dalam  keyakinan bahwa Allah sebagai Pencipta, Sumber Hidup dan pemberi tanaman yang baik: “Tuhan yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya” (Yes.42:5a) maka krisis lingkungan hidup yang dihadapi sekarang ini membawa pada suatu teologi penciptaan dengan pusat ekologi, yang menekankan karya Roh  Allah dalam penciptaan  itu  (Kejadian 1 dan 2; Mazmur 104). Di sini, manusia menjadi bagian integral dari alam ini. Paradigma demikian, akan membantu gereja dalam upaya memberi pemahaman dan sikap untuk berpartisipasi aktif mencintai alam berdasarkan kasih Yesus kepada dunia ini. Sebagai satu anggota keluarga pencinta lingkungan, kasih dan perhatian adalah dasar hubungan manusia dengan manusia dan dengan alam ini. Manusia adalah makhluk yang bebas. Di dalam kisah penciptaan, kebebasan terdapat pada amanat Tuhan kepada manusia untuk mengusahakan, bertanggungjawab dan memelihara “taman” (baca, bumi) itu serta tetap merawat ciptaan-Nya yang pada mulanya baik dan menarik.
          Kisah Krisis minyak dunia dan perubahan iklim yang ekstrim menjadi bukti manusia mulai menghancurkan sumber daya alam yang merupakan bahan pokoknya (sandang, papan dan pangan). Kecurigaan ini disebutkan dengan ecological suicide (ecocide) yang berarti membunuh diri secara tidak langsung dengan menghancurkan atau merusak lingkungan. Kiranya tulisan saya  memberikan kontribusi pada nilai teologis misi penciptaan sebagai bagian dari alam dan sebagai sarana melakukan teologi (doing theology).
          Akhirnya, Seperti antrian gelon minyak tanah, seperti itulah kita sedang mengantri masuk pintu gerbang kematian. Mau, tidak mau tetapi itulah dinamika hidup yang akan terjadi. Proses dari ‘ada’ nyata menjadi ‘abstrak” angin.


Selamat Mengantri.
Manado, 24 November 2011
Nency A.Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: