Khotbah Amos 5:14-17
Sepanjang tahun
2010-2014 GMIM dibawah payung PGI memakai tema “Tuhan Baik kepada semua
orang (Maz.145:9a). pertanyaannya, apakah semua orang ini baik kepada
Tuhan? Khusus di tahun 2012 ini GMIM memakai tema tahunan tentang adil
dan damai dalam kehidupan masyarakat majemuk. Pada hari ini kita membaca
kitab Amos yang berbentuk kesaksian Amos sendiri akan keadilan.
Siapakah Amos itu? Amos adalah seorang nabi yang berprofesi sebagai
seorang peternak dan pemungut buah ara hutan (Amos 1:1). Nama Amos
berasal dari akar kata “amas” yang artinya diangkat atau ditopang oleh
Tuhan. Amos dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan bagi
umat yang berada di Israel Utara pada zaman pemerintahan raja Yerobeam
II di tahun 786-746 SM.
Amos menyaksikan
bahwa Israel telah gagal mempraktekkan keadilan bagi sesama bangsanya.
Situasi ini justru terjadi ketika Israel sedang kuat secara politik dan
sejahtera secara ekonomi. Sebagai dampak lemahnya kekuasaan Asyur dan
Mesir di zaman raja Yerobeam II. Alhasil kerajaan Yerobeam semakin luas
wilayahnya dan terciptalah gap antara orang kaya dan orang miskin.
Kekayaan yang didapat secara instan membuat mereka lebih mencintai
kemewahan untuk mendirikan hiasan mewah (Amos 3:15 dan 5:11) dan
mengadakan pesta pora meriah (Amos 2:8). Celakanya, kekayaan yang instan
bersumber dari hasil penindasan dan pemerasan bagi mereka yang miskin
dan lemah karena tidak berdaya. Mereka yang diperdayakan oleh
ketidakadilan kerajaan Yerobeam.
Banyak
tafsiran dan luasnya pengertian serta makna mengenai keadilan. Ada
ungkapan yang mengatakan “Benar belum tentu adil, alkitabiahkah? Dalam
PL disebut tsed-aw-kaw yang diterjemahkan sebagai kebenaran dan keadilan
sehingga kedua kata ini tidak dapat dipisahkan apalagi dipertentangkan.
Benar adalah wajah lain dari keadilan yg memiliki arti yg sama dan
memiliki standard atau ukuran yg sama berdasarkan “keadilan Allah atau
kebenaran Allah”. Dalam PB κρινω : krino selain dapat diterjemahkan
menjadi keadilan, kata ini bermakna keputusan dan pertimbangan, sehingga
keadilan ada sebuah pertimbangan atau keputusan yg benar. Keadilan =
Kebenaran. Maka, kalimat “Benar, belum tentu Adil” hanyalah sebuah
permainan kata yg hrs dipikirkan kembali secara kritis untuk dijadikan
sebuah tema dalam menerangkan sesuatu yg Alkitabiah. Jika direnungkan
lebih dalam lagi, sebaiknya “Benar adalah Adil” karena kebenaran Tuhan
adalah sebuah keadilan, dan sebuah keadilan tak dapat dicapai tanpa
kebenaran. Apabila kebenaran telah bercampur dengan kepentingan maka di
situlah terjadi kompromi yang berujung pada ketidakdilan di kasus kecil
dan ataupun kasus besar.
Seringkali manusia
memaksakan standar keadilan sehingga keadilan Allah tidak lagi jelas
dalam perbuatannya, tidak jelas dalam tingkah lakunya sebagai gereja.
Standar di sini sekali lagi menunjukkan kepentingan dan kekuasaan
pribadi bukan keadilan yang membebaskan berdasarkan kehendak dari Tuhan
Allah.
Dan oleh sebab itu, "Benar, Belum
tentu adil" sebenarnya merupakan sebuah kalimat untuk mengajak umat
Tuhan agar mampu melihat realita hidup bahwa sering dalam kebenaran
terjadi ketidakadilan. Padahal idealnya dimana ada kebenaran disitu
pasti ada keadilan. Karena itu lewat tema GMIM pada tahun ini mau
mengajak umat Tuhan agar mau membenahi diri, mengoreksi diri, sadar
dengan prilaku yang keliru dan kembali melakukan seperti apa yang
dikehendaki Tuhan, yaitu menciptakan kebenaran yang berkeadilan sosial.
Saudara/i yang dikasihi dan mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus, dalam
Amos pasal 5:14-15 menggambarkan bahwa hidup adalah pilihan, apakah mau
mati atau mau hidup? Oleh karena itu, demi keadilan Nabi Amos
mengingatkan kepada bangsa Israel yang berada di Kerajaan Utara bahwa
mereka haruslah memilihi yang baik dan menjauhi yang jahat. Kata baik
dan jahat merupakan kata sifat yang dipakai oleh penulis kitab suci ini
(alkitab). Sedangkan ilmu pengetahuan memakai kata yang bisa diukur
yakni benar dan salah. Dari pembedaan kedua kata inilah, maka firman
Tunan pada saat ini jelas menunjukkan perbuatan dan sifat manusia
apakah ia memilih jalan yang baik dan atau memilih jalan yang jahat.
Dan oleh sebab itu, penghukuman Tuhan akan berlaku bagi bangsa Israel
yang telah melakukan kejahatan dan persoalan moral yang tidak lagi
menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Suara kenabian
Amos tertuju pada praktek ketidakadilan baik dalam bidang ekonomi,
pemerintahan, hukum, agama, dan sosial.
Dalam
konteks kekinian, Bagaimana keadilan yang perlu kita wariskan kepada
generasi ini sebagai nilai-nilai hidup kristiani? Apakah keadilan hanya
berbentuk wacana, nasihat, dan pengarahan? Lalu, apakah mereka melakukan
nilai-nilai kemanusiaan itu? Nilai-nilai hidup kristiani misalnya
membawa damai, adil, jujur, rasa tanggungjawab, komitmen, peduli, rendah
hati dan sebagainya. Di mulai dari manakah nilai-nilai hidup kristiani
ini? Keadilan bukan hanya sebuah wacana tetapi harus diikuti dengan
tindakan/praktek dalam kehidupan setiap hari. Dan oleh karena itu,
mulailah dari diri sendiri, mualailah dari wale (rumah) kita. Misalnya
jujur terhadap diri sendiri dan bisa dipercaya keluarga serta orang lain
dalam pekerjaan kita merupakan dasar integritas. Keadilan dalam
keluarga/rumah tangga misalnya contoh konkrit “papa suruh anak
belajar, maar papa sandiri jarang baca buku. Papa dan mama sebagai abdi
negara ja seru2kan keadilan, maar dalam rumah (wale), mama pilih kasih
pa anaknya laki-laki karena paling cakep deng pande sehingga mama kase
doi ato dana suntikan bagi si anak laki-lakinya untuk doi jajan lebe.
Sebaliknya, anak parampuan lebe disayangi papa karena selain anak
satu2nya parampuan, dia juga diberi perhatian istimewa dibandingkan depe
kakak ato ade lainnya. Oleh sebab itu dari contoh konkrit ini,
mulailah perilaku yang adil dari dalam keluarga (di mana mama dan papa
berlaku adil kepada anak-anaknya tanpa membedakan jenis kelamin,
Sebaliknya anak-anak berlaku taat kepada mama deng papa) bahkan lebih
dalam lagi seperti yang diberitakan nabi Amos 5:15b “tegakkanlah
keadilan di pintu gerbang”. Pintu ini ditafsirkan sebagai diri sendiri,
sebagai wale (rumah) kita. Dan oleh karena itu, adil haruslah
dimulai dari diri sendiri lalu dengan sendirinya saya, saudara/i menjadi
berkat dan memberkati sesama manusia.
Saudara/i yang diberkati dan menjadi saluran berkat Tuhan, Apa jadinya
jika tiap orang saling mencuri atau saling membohongi bahkan saling
mencurigai? Ada istilah yang berkata “salah boleh maar nimbole ba dusta”.
Nah, larangan yang diamanatkan Tuhan untuk manusia sudah jelas tertulis
dlm Alkitab, tetapi masalahnya bagaimana dan sudah sejauhmana kita
menjalankan amanat Tuhan Yesus sebagai gereja Tuhan, sebagai saksi Tuhan
di bumi Ibu pertiwi ini dan bumi Nyiur Melambai ini?
Di negara Indonesia, terjadi kekuasaan berat sebelah. Artinya, banyak
kasus yang sedang hangat dibicarakan oleh publik dan media massa,
misalnya kasus Tipikor (tindak pidana korupsi) yang menyerat beberapa
nama wakil rakyat. Sangat ironis penegak hukum negeri ini. Hukum sudah
baik, tinggal orangnya yang kurang manusiawi dan pilih kasih kepada
pembesar/penguasa. Sehingga ada istilah yang mengatakan hukum dunia
hanya tajam ke bawah (rakyat kecil) dan tumpul ke atas (penguasa).
Sehingga muncul perhatian serius bagi para pelayan khusus di bawah
payung PGI. Bukankah yang terkena kasus korupsi adalah warga gereja
GMIM? Di mana suara kenabian dari para pelayan melihat realita jemaatnya
masuk dalam penjara karena kasus korupsi ini? kritik tajam ini muncul
ketika sidang raya PGI di Talaud bulan Januari yang mengikut sertakan
para pemimpin sinode setiap daerah.
Nah,
apakah ini suara profetik (suara kenabian) dari Tuhan mengenai
keadilan hukum? Sudah jelas bahwa Tuhan tidak bisa di suap (seperti nas
pembimbing kita pada Minggu ini, Ulangan 16:19-20 bahwa pengadilan yang
adil berasal dari Tuhan) sehingga penghukuman Tuhan akan perbuatan jahat
jelas2 menuju kepada kebinasahan di mana alam semesta akan memberikan
malapetaka bagi yang hidup dalam kejahatan (Amos 5: 16-17) . Belajar
dari firman Tuhan pada saat ini, maka hukum Tuhan tidak bisa di suap,
dan bahwa hukum di negara kita perlu memakai kaca mata baru, memakai
mata hati nurani yg bersih tanpa pilih kasih bahkan siap menegakkan
kejujuran dalam bingkai keadilan sosial. Yesus orang Nazaret membela
mereka yang termarginalkan karena status sosial, pelecehan agama kpd
kaum perempuan dan anak-anak tokh, di manakah sikap kita
meneladani perbuatan Yesus? Sudah siapkah kita sebagai agen perubahan
dalam bersikap adil di kehidupan keluarga, berjemaat dan bermasyarakat?
Marilah belajar jujur mulai dari diri sendiri atau wale (rumah) kita. Apapun profesi kita, apapun peran kita dalam keluarga, apapun kegiatan kita, apapun program rencana kerja kita, tokh
tidak rugi kalau dimulai dari jalan lurus, jalan jujur dan adil yang
memberi sinar/cahaya bagi yang miskin, termarginalkan, dan mengalami
diskriminasi. bagi secerca jeritan cahaya yang lagi redup serta
berkontribusi dalam doa dan aksi nyata. Tuhan memberkati perjuangan dan
pergumulan hidup saya, saudara/i. Amin.
Khotbah di GMIM Bukit Karmel Batu Kota
Manado, 19 Februari 2012
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar