Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Senin, 27 Februari 2012

Keadilan

Khotbah Amos 5:14-17

            Sepanjang tahun 2010-2014 GMIM dibawah payung PGI memakai tema “Tuhan Baik kepada semua orang (Maz.145:9a). pertanyaannya, apakah semua orang ini baik kepada Tuhan? Khusus di tahun 2012 ini GMIM memakai tema tahunan tentang adil dan damai dalam kehidupan masyarakat majemuk. Pada hari ini kita membaca kitab Amos yang berbentuk kesaksian Amos sendiri akan keadilan. Siapakah Amos itu? Amos adalah seorang nabi yang berprofesi sebagai seorang peternak dan pemungut buah ara hutan (Amos 1:1). Nama Amos berasal dari akar kata “amas” yang artinya diangkat atau ditopang oleh Tuhan. Amos dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan bagi umat yang berada di Israel Utara pada zaman pemerintahan raja Yerobeam II di tahun 786-746 SM.

             Amos menyaksikan bahwa Israel telah gagal mempraktekkan keadilan bagi sesama bangsanya. Situasi ini justru terjadi ketika Israel sedang kuat secara politik dan sejahtera secara ekonomi. Sebagai dampak lemahnya kekuasaan Asyur dan Mesir di zaman raja Yerobeam II. Alhasil kerajaan Yerobeam semakin luas wilayahnya dan terciptalah gap antara orang kaya dan orang miskin. Kekayaan yang didapat secara instan membuat mereka lebih mencintai kemewahan untuk mendirikan hiasan mewah (Amos 3:15 dan 5:11) dan mengadakan pesta pora meriah (Amos 2:8). Celakanya, kekayaan yang instan bersumber dari hasil penindasan dan pemerasan bagi mereka yang miskin dan lemah karena tidak berdaya. Mereka yang diperdayakan oleh ketidakadilan kerajaan Yerobeam.

            Banyak tafsiran dan luasnya pengertian serta makna mengenai keadilan. Ada ungkapan yang mengatakan “Benar belum tentu adil, alkitabiahkah? Dalam PL disebut tsed-aw-kaw yang diterjemahkan sebagai kebenaran dan keadilan sehingga kedua kata ini tidak dapat dipisahkan apalagi dipertentangkan. Benar adalah wajah lain dari keadilan yg memiliki arti yg sama dan memiliki standard atau ukuran yg sama berdasarkan “keadilan Allah atau kebenaran Allah”. Dalam PB κρινω : krino selain dapat diterjemahkan menjadi keadilan, kata ini bermakna keputusan dan pertimbangan, sehingga keadilan ada sebuah pertimbangan atau keputusan yg benar. Keadilan = Kebenaran. Maka, kalimat “Benar, belum tentu Adil” hanyalah sebuah permainan kata yg hrs dipikirkan kembali secara kritis untuk dijadikan sebuah tema dalam  menerangkan sesuatu yg Alkitabiah.  Jika direnungkan lebih dalam lagi, sebaiknya “Benar  adalah Adil” karena kebenaran Tuhan adalah sebuah keadilan, dan sebuah keadilan  tak dapat dicapai tanpa kebenaran. Apabila kebenaran telah bercampur dengan kepentingan maka di situlah terjadi kompromi yang berujung pada ketidakdilan di kasus kecil dan ataupun kasus besar.

            Seringkali manusia memaksakan standar keadilan sehingga keadilan Allah tidak lagi jelas dalam perbuatannya, tidak jelas dalam tingkah lakunya sebagai gereja. Standar di sini sekali lagi menunjukkan kepentingan dan kekuasaan pribadi bukan keadilan yang membebaskan berdasarkan kehendak dari Tuhan Allah.

             Dan oleh sebab itu, "Benar, Belum tentu adil" sebenarnya merupakan sebuah kalimat untuk mengajak umat Tuhan agar mampu melihat realita hidup bahwa sering dalam kebenaran terjadi ketidakadilan. Padahal idealnya dimana ada kebenaran disitu pasti ada keadilan. Karena itu lewat tema GMIM pada tahun ini mau mengajak umat Tuhan agar mau membenahi diri, mengoreksi diri, sadar dengan prilaku yang keliru dan kembali melakukan seperti apa yang dikehendaki Tuhan, yaitu menciptakan kebenaran yang berkeadilan sosial.

             Saudara/i yang dikasihi dan mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus, dalam Amos pasal 5:14-15 menggambarkan bahwa hidup adalah pilihan, apakah mau mati atau mau hidup? Oleh karena itu, demi keadilan Nabi Amos mengingatkan kepada bangsa Israel yang berada di Kerajaan Utara bahwa mereka haruslah memilihi yang baik dan menjauhi yang jahat. Kata baik dan jahat merupakan kata sifat yang dipakai oleh penulis kitab suci ini (alkitab). Sedangkan ilmu pengetahuan memakai kata yang bisa diukur yakni benar dan salah.  Dari pembedaan kedua kata inilah, maka firman Tunan pada saat ini jelas menunjukkan perbuatan dan sifat manusia apakah  ia memilih jalan yang baik dan atau memilih jalan yang jahat. Dan oleh sebab itu, penghukuman Tuhan akan berlaku bagi bangsa Israel yang telah melakukan kejahatan dan persoalan moral yang tidak lagi menujunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Suara kenabian Amos tertuju pada praktek ketidakadilan baik dalam bidang ekonomi, pemerintahan, hukum, agama, dan sosial.

            Dalam konteks kekinian, Bagaimana keadilan yang perlu kita wariskan kepada generasi ini sebagai nilai-nilai hidup kristiani? Apakah keadilan hanya berbentuk wacana, nasihat, dan pengarahan? Lalu, apakah mereka melakukan nilai-nilai kemanusiaan itu? Nilai-nilai hidup kristiani misalnya membawa damai, adil, jujur, rasa tanggungjawab, komitmen, peduli, rendah hati dan sebagainya. Di mulai dari manakah nilai-nilai hidup kristiani ini? Keadilan bukan hanya sebuah wacana tetapi harus diikuti dengan tindakan/praktek dalam kehidupan setiap hari. Dan oleh karena itu, mulailah dari diri sendiri, mualailah dari wale (rumah) kita. Misalnya jujur terhadap diri sendiri dan bisa dipercaya keluarga serta orang lain dalam pekerjaan kita merupakan dasar integritas. Keadilan dalam keluarga/rumah tangga misalnya contoh konkrit “papa suruh anak belajar, maar papa sandiri jarang baca buku. Papa dan mama sebagai abdi negara ja seru2kan keadilan, maar dalam rumah (wale), mama pilih kasih pa anaknya laki-laki karena paling cakep deng pande sehingga mama kase doi ato dana suntikan bagi si anak laki-lakinya untuk doi jajan lebe. Sebaliknya, anak parampuan  lebe disayangi papa karena selain anak satu2nya parampuan, dia juga diberi perhatian istimewa dibandingkan depe kakak ato ade lainnya. Oleh sebab itu dari contoh konkrit ini, mulailah perilaku yang adil dari dalam keluarga (di mana mama dan papa berlaku adil kepada anak-anaknya tanpa membedakan jenis kelamin, Sebaliknya anak-anak  berlaku  taat kepada mama deng papa) bahkan lebih dalam  lagi seperti yang diberitakan nabi Amos 5:15b “tegakkanlah keadilan di pintu gerbang”. Pintu ini ditafsirkan sebagai diri sendiri, sebagai wale (rumah) kita. Dan oleh karena itu, adil haruslah dimulai dari diri sendiri lalu dengan sendirinya saya, saudara/i menjadi berkat dan memberkati sesama manusia.

             Saudara/i yang diberkati dan menjadi saluran berkat Tuhan, Apa jadinya jika tiap orang saling mencuri atau saling membohongi bahkan saling mencurigai? Ada istilah yang berkata “salah boleh maar nimbole ba dusta”. Nah, larangan yang diamanatkan Tuhan untuk manusia sudah jelas tertulis dlm Alkitab, tetapi masalahnya bagaimana dan sudah sejauhmana kita menjalankan amanat Tuhan Yesus sebagai gereja Tuhan, sebagai saksi Tuhan di bumi Ibu pertiwi ini dan bumi Nyiur Melambai ini?

             Di negara Indonesia, terjadi kekuasaan berat sebelah. Artinya, banyak kasus yang sedang hangat dibicarakan oleh publik  dan media massa, misalnya kasus Tipikor (tindak pidana korupsi) yang menyerat beberapa nama wakil rakyat. Sangat ironis penegak hukum negeri ini. Hukum sudah baik, tinggal orangnya yang kurang manusiawi dan pilih kasih kepada pembesar/penguasa. Sehingga ada istilah yang mengatakan hukum dunia hanya tajam ke bawah (rakyat kecil) dan tumpul ke atas (penguasa). Sehingga muncul perhatian serius bagi para pelayan khusus di bawah payung PGI. Bukankah yang terkena kasus korupsi adalah warga gereja GMIM? Di mana suara kenabian dari para pelayan melihat realita jemaatnya masuk dalam penjara karena kasus korupsi ini? kritik tajam ini muncul ketika sidang raya PGI di Talaud bulan Januari yang mengikut sertakan para pemimpin sinode setiap daerah.

            Nah, apakah  ini suara profetik (suara kenabian) dari Tuhan mengenai keadilan hukum? Sudah jelas bahwa Tuhan tidak bisa di suap (seperti nas pembimbing kita pada Minggu ini, Ulangan 16:19-20 bahwa pengadilan yang adil berasal dari Tuhan) sehingga penghukuman Tuhan akan perbuatan jahat jelas2 menuju kepada kebinasahan di mana alam semesta akan memberikan malapetaka bagi yang hidup dalam kejahatan (Amos 5: 16-17) . Belajar dari firman Tuhan pada saat ini, maka hukum Tuhan tidak bisa di suap, dan  bahwa hukum di negara kita perlu memakai kaca mata baru, memakai mata hati nurani yg bersih tanpa pilih kasih bahkan siap menegakkan kejujuran dalam bingkai keadilan sosial. Yesus orang Nazaret membela mereka yang termarginalkan karena status sosial, pelecehan agama kpd kaum perempuan dan anak-anak tokh, di manakah sikap kita meneladani perbuatan Yesus? Sudah siapkah kita sebagai  agen perubahan dalam bersikap adil di kehidupan keluarga, berjemaat dan bermasyarakat?

            Marilah belajar jujur mulai dari diri sendiri atau wale (rumah) kita. Apapun profesi kita, apapun peran kita dalam keluarga, apapun kegiatan kita, apapun program rencana kerja kita, tokh tidak rugi kalau dimulai dari jalan lurus, jalan jujur dan adil yang memberi sinar/cahaya bagi yang miskin, termarginalkan, dan mengalami diskriminasi. bagi secerca jeritan cahaya yang lagi redup serta berkontribusi dalam doa dan aksi  nyata. Tuhan memberkati perjuangan dan pergumulan hidup saya, saudara/i. Amin.

Khotbah  di GMIM Bukit Karmel Batu Kota
Manado, 19 Februari 2012
Nency A Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: