Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Kamis, 21 Juni 2012

DIABETES


            Penyakit modern yang banyak berkeliaran bagi kalangan masyarakat adalah diabetes. Kok berkeliaran? Seperti semut yang banyak ditemui di setiap makanan (entah kue dan ataupun bahan pangan lainnya) maka seperti itulah banyak orang mengkonsumsi makanan yang kadar gulanya berlebihan. Sehingga tak mengherankan diabetes ini disingkat dengan DIA siBuk sEkali sanTap kuE Sedap.

            Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 1998 tentang jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) di dunia, Indonesia menduduki ranking ke-6 setelah India, Cina, Rusia, Jepang dan Brasil. Jumlah penderita DM dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 1995 jumlahnya telah tercatat sebanyak 5 juta orang. Kemudian pada tahun 2010 Indonesia termasuk peringkat kedua terbesar di dunia setelah India. Diperkirakan tahun 2025 akan meningkat empat kali lebih banyak presentasi penderita DM.

            Kebanyakan penderita ini tergolong dalam usia produktif (45-60 tahun). Di Indonesia, populasi penderita yang paling banyak ada di Manado (6,1 %). Melihat angka populasi yang tinggi di kota Nyur Melambai dan terlebih mama saya mengidap penyakit ini, dengan demikian saya terdorong untuk menuliskan sepenggal cerita penyakit yang membuat badan mama menjadi kurus. Sangat ironis, bukan?

            Rumah makan bak jamur di musim hujan, tak pernah sepi dari pengunjung. Terlebih kota Manado terkenal dengan bumbunya yang sedap di santap,  maka tak mengherankan jika penderita DM banyak di Manado. Orang Manado dikenal sebagai pemakan makanan enak namun sedikit warga yang rajin olahraga secara teratur. Sehingga ada istilah yang berkata “Makan enak, Yes! Olahraga, no.”

            Mama bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saya sangat bangga dengan skill yang diperolehnya. Mama pandai memasak masakan khas Minahasa, kue (kukis) Minahasa sampai mengelola kebersihan dalam rumah. Seringkali saya iri dalam pandangan positif kepadanya. Mengapa iri? Aaah saya jadi malu, begini sahabat, sebenarnya saya belum bisa meneladani skill mama dengan baik.

            Teringat jelas, nuansa pertama di setiap ibadah (apakah kolom, UPK, HUT) pasti mama sibuk membuat kue yang lezat rasanya, belum lagi sibuk memasak masakan dari subuh sampai sore tanpa lelah. Maklum mama lagi di kejar ibadah syukuran keluarga sehingga tak terasa malam pun telah tiba. Nuansa kedua saat liburan, kejenuhan menghampiri kami sehingga solusi yang baik yakni membuat kue kala mengisi waktu liburan keluarga. Kemudian tibalah setiap sorenya kami menyantap kue balapis dan ataupun keik khas mama, ditemani secangkir kopi di depan teras rumah ini. Semua ini hanyalah kenangan manis yang takkan pernah saya lupakan.

            Sudah hampir enam tahun mama mengidap penyakit DM. Namun tahun ini penyakit DM makin parah dibandingkan lima tahun sebelumnya. Awalnya mama hanya mengkonsumsi buah-buah tradisional, kemudian mengkonsumsi obat-obatan Cina. Bukan kesembuhan yang di dapat melainkan banyak minum, banyak kencing dan selera makan meningkat meskipun berat badan turun drastis. Melihat kondisi fisik yang tidak lagi normal maka kami (keluarga) berinisiatif membawa mama ke dokter spesialis diabetes Prof. DR. Dr. Karel Pandelaki, SpPD-KEMD yang berlokasi praktek di apotek Kartens, Manado.

            Beberapa kali pemeriksaan dokter, kemudian lab klinik Kanaka lalu kembali memeriksakan diri pada dokter maka hasilnya parah seperti diabetes glokosa tidak puasa 506 mg/dL; diabetes glukosa puasa 222 mg/dL; HbA1c 16. O %. Menurut dokter, mama memecahkan rekor selama dokter menggeluti penyakit diabetes ini. Saya langsung terkejut sambil murung mendengar hal tersebut.

            Belum lagi lemak 231 mg/dL; Ratio cholesterol Total /HDL (kolestrol baik) 6.6 ; Kolestrol LDL (kolestrol buruk) 178 mg/dL. Lanjut dengan ginjal: kreatinin 1.06 mg/dL ; asam urat 5.90 mg/dL. Kemudian kimia urine: leukosit 500 / mL ; glukosa 1000 mg/dL yang terakhir hasil mikroskopik: leukosit > 100 ; bakteri +++ itulah berbagai hasil lab yang membuat saya merasa syok mendengar dan melihatnya. Sedangkan saya syok apalagi mama yaa? Hmmm

            Jika melihat hasil lab mama di atas, saya seakan berimajinasi mengenai hasil raport siswa yang berisi nilai merah dari sang guru. Nilai resah yang membuat siswa ini kuatir bahwa dia tidak lulus bahkan tidak naik kelas. Karena keresahan ini, saya mencari tahu penyakit DM lebih mendalam lagi, baik dari internet maupun buku-buku kesehatan. Pencarian pengetahuan penyakit DM tidak membuat saya beralih profesi menjadi dokter spesialis diabetes, sekali lagi tidak.! Melainkan bagaimana saya bisa mengingatkan pola asuhan konsumsi mama dengan baik dan benar. Bahkan terlebih di satu sisi bisa menjaga pola makan saya sendiri. Di sisi lain, mengingat penyakit DM ini bisa menjadi penyakit turunan. Waaah kayaknya harus waspada sejak dini.

            Kurang waspada mama akan mulut mengunya makanan, akan menahan nafsu makan yang berlebihan maka mama mengalami kerusakan sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan insulin. Dengan demikian, berdasarkan anjuran dokter, mama sekarang ini bergantung pada insulin suntik, dan beberapa obat lainnya.

            Berbicara obat tidaklah murah harganya. Seringkali  mengiris dompet papa sampai juta-an harganya sekali berobat. Untung saja ada kakak Tommy dan kakak Lydia yang membantu secara finansial. Ya kalau saya untuk saat ini hanya bisa mendoakan sambil menemani pengobatan mama dari sana dan atau ke sini. Meskipun kami (anak-anak) menyadari bahwa tidak bisa membalas cinta-kasih sayang mama yang ikhlas diganti dengan finansial. Ya, cinta-kasih sayang berbeda hakikatnya dengan finansial materi. Dengan begitu, hanya belas kasih, perhatian dan kepedulian yang bisa diberikan kepada sang mama yang melahirkan kami.

            Berhubung obat mahal, dokter K. Pandelaki menyarankan untuk mengurus askes lalu mencari dokter pribadi (atau pergi ke dokter askes di puskesmas terdekat) sehingga dokter tersebut bisa mengeluarkan askes kronis. Langsung saya memohon bantuan kepada sahabat baik, dokter Adi Tucunan untuk konsultasi penyakit DM ini. Untung saja konsultasi dan info rujukan dokter askes diberikannya secara gratis.

Kemudian, Saya, papa dan mama kemarin siang pergi mengurus askes yang sudah belas tahun tidak pernah diurus. Pasien sakit parah, nanti teringat asuransi kesehatan pemerintah itu. “Begitulah kebanyak orang mengurus akses karena kesehatan tubuh yang sudah parah”, cetus petugas loket askes itu.

            Seperti ada yang tertulis dalam I Korintus 6:19 “atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”. Di sini Paulus telah mengingatkan kepada jemaat di Korintus bahwa tubuh mereka adalah bait Allah yang diam bersama-sama Roh Kudus. Dengan kata lain, Tubuh untuk TUHAN dan TUHAN untuk tubuh yang adalah anggota Kristus. Dan oleh sebab itu, muliakanlah TUHAN dengan tubuhmu.

            Mengapa kita merusaki tubuh sendiri dengan mengkonsumsi makanan yang berlebihan? Bukankah makanan untuk perut dan atau perut untuk makanan? Dengan kata lain, apakah hidup ini untuk makan atau makan untuk hidup?

            Saya teringat saat pernikahan Oldri Pantas di restoran Jumbo Manado. Saat resepsi itu, kelihatan di depan meja mama sedang santap makanan berkolestrol tinggi, puding, buah segar, dan beberapa kue. Sambil mata melotot saya berkata dalam bahasa tubuh. Bukan hanya mama saja yang melihat, mengerti bahasa tubuh saya, melainkan ada juga tante Ema dan tante Susye yang memperhatikan tatapan itu. Mama langsung menjawab dengan suara datar “yang penting pulang dari pesta ada obat Cina di rumah, kong guna apa fungsi obat-obat itu.”

            Di lain kesempatan, mama sedang menyantap beberapa kue lesat. Saya langsung menghampiri dan berkata “so boleh jo mam itu kukis karena kukis beking diabetes mo nae.” Mama langsung menanggapi “biar jo mama makang banya karena somo mati kwa ini, kalo so mati so nyanda mo makang sadap.” Aduuuh, bagaimana saya harus menegur mama yang banyak kali makan makanan enak? Sering saya menjadi pusing sendiri.

            Nah, anjuran saya tidak dipedulikannya. Beruntung anjuran dokter masih mama dengar. Di sinilah saya tidak menyerah begitu saja. Saya membaca referensi buku diabetes dari pelbagai pengarang untuk memberikan masukan kepada mama, bagaimana pola makan yang sehat bagi penderita DM? syukur kepada TUHAN, mama akhirnya mulai mendengarkan beberapa saran saya.

            Persoalan gejolak sakit mama bukan hanya mengangkut hal-hal fisik dan materi seperti mengantar ke dokter dan mencukupi kebutuhan makanan yang sehat bagi tubuhnya, melainkan juga dalam hal-hal non-fisik dan non-materi, misalnya memahami kejiwaan dan menampung keluhan sakit mama.

Akhir kata, kalau dapat masalah kesehatan salah satu anggota keluarga, tu bagini torang jang bodok-bodok biar bukang ahli di bidang kesehatan maar sadiki-banya tahu sebab-akibat-solusi dari panyaki itu. Kong ikut berempati deng kerluarga yang so saki. Noh kalo bagitu, jang kase rusak itu tubuh yang TUHAN so kase pa torang!

Inga, jaga bae-bae itu bait Allah pa torang pe tubuh.


Manado, 21 Juni 2012
18:00
Nency A Heydemans Maramis



Tidak ada komentar: