Penyakit modern yang
banyak berkeliaran bagi kalangan masyarakat adalah diabetes. Kok berkeliaran?
Seperti semut yang banyak ditemui di setiap makanan (entah kue dan ataupun
bahan pangan lainnya) maka seperti itulah banyak orang mengkonsumsi makanan
yang kadar gulanya berlebihan. Sehingga tak mengherankan diabetes ini disingkat
dengan DIA siBuk sEkali sanTap kuE Sedap.
Berdasarkan data World
Health Organization (WHO) tahun 1998 tentang jumlah penderita Diabetes Mellitus
(DM) di dunia, Indonesia menduduki ranking ke-6 setelah India, Cina, Rusia,
Jepang dan Brasil. Jumlah penderita DM dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Pada tahun 1995 jumlahnya telah tercatat sebanyak 5 juta orang. Kemudian pada
tahun 2010 Indonesia termasuk peringkat kedua terbesar di dunia setelah India.
Diperkirakan tahun 2025 akan meningkat empat kali lebih banyak presentasi
penderita DM.
Kebanyakan penderita ini
tergolong dalam usia produktif (45-60 tahun). Di Indonesia, populasi penderita
yang paling banyak ada di Manado (6,1 %). Melihat angka populasi yang tinggi di
kota Nyur Melambai dan terlebih mama saya mengidap penyakit ini, dengan
demikian saya terdorong untuk menuliskan sepenggal cerita penyakit yang membuat
badan mama menjadi kurus. Sangat ironis, bukan?
Rumah makan bak jamur di
musim hujan, tak pernah sepi dari pengunjung. Terlebih kota Manado terkenal
dengan bumbunya yang sedap di santap,
maka tak mengherankan jika penderita DM banyak di Manado. Orang Manado
dikenal sebagai pemakan makanan enak namun sedikit warga yang rajin olahraga
secara teratur. Sehingga ada istilah yang berkata “Makan enak, Yes! Olahraga,
no.”
Mama bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Saya sangat bangga dengan skill
yang diperolehnya. Mama pandai memasak masakan khas Minahasa, kue (kukis) Minahasa sampai mengelola
kebersihan dalam rumah. Seringkali saya iri dalam pandangan positif kepadanya.
Mengapa iri? Aaah saya jadi malu, begini sahabat, sebenarnya saya belum bisa
meneladani skill mama dengan baik.
Teringat jelas, nuansa
pertama di setiap ibadah (apakah kolom, UPK, HUT) pasti mama sibuk
membuat kue yang lezat rasanya, belum lagi sibuk memasak masakan dari subuh
sampai sore tanpa lelah. Maklum mama lagi di kejar ibadah syukuran keluarga
sehingga tak terasa malam pun telah tiba. Nuansa kedua saat liburan, kejenuhan
menghampiri kami sehingga solusi yang baik yakni membuat kue kala mengisi waktu
liburan keluarga. Kemudian tibalah setiap sorenya kami menyantap kue balapis dan ataupun keik khas mama, ditemani secangkir kopi di depan teras rumah ini.
Semua ini hanyalah kenangan manis yang takkan pernah saya lupakan.
Sudah hampir enam tahun
mama mengidap penyakit DM. Namun tahun ini penyakit DM makin parah dibandingkan
lima tahun sebelumnya. Awalnya mama hanya mengkonsumsi buah-buah tradisional,
kemudian mengkonsumsi obat-obatan Cina. Bukan kesembuhan yang di dapat
melainkan banyak minum, banyak kencing dan selera makan meningkat meskipun
berat badan turun drastis. Melihat kondisi fisik yang tidak lagi normal maka
kami (keluarga) berinisiatif membawa mama ke dokter spesialis diabetes Prof.
DR. Dr. Karel Pandelaki, SpPD-KEMD yang berlokasi praktek di apotek Kartens,
Manado.
Beberapa kali pemeriksaan
dokter, kemudian lab klinik Kanaka lalu kembali memeriksakan diri pada dokter
maka hasilnya parah seperti diabetes glokosa tidak puasa 506 mg/dL; diabetes
glukosa puasa 222 mg/dL; HbA1c 16. O %. Menurut dokter, mama memecahkan rekor
selama dokter menggeluti penyakit diabetes ini. Saya langsung terkejut sambil
murung mendengar hal tersebut.
Belum lagi lemak 231
mg/dL; Ratio cholesterol Total /HDL (kolestrol baik) 6.6 ; Kolestrol LDL
(kolestrol buruk) 178 mg/dL. Lanjut dengan ginjal: kreatinin 1.06 mg/dL ; asam
urat 5.90 mg/dL. Kemudian kimia urine: leukosit 500 / mL ; glukosa 1000 mg/dL
yang terakhir hasil mikroskopik: leukosit > 100 ; bakteri +++ itulah
berbagai hasil lab yang membuat saya merasa syok
mendengar dan melihatnya. Sedangkan saya syok
apalagi mama yaa? Hmmm
Jika melihat hasil lab
mama di atas, saya seakan berimajinasi mengenai hasil raport siswa yang berisi
nilai merah dari sang guru. Nilai resah yang membuat siswa ini kuatir bahwa dia
tidak lulus bahkan tidak naik kelas. Karena keresahan ini, saya mencari tahu
penyakit DM lebih mendalam lagi, baik dari internet maupun buku-buku kesehatan.
Pencarian pengetahuan penyakit DM tidak membuat saya beralih profesi menjadi
dokter spesialis diabetes, sekali lagi tidak.! Melainkan bagaimana saya bisa
mengingatkan pola asuhan konsumsi mama dengan baik dan benar. Bahkan terlebih
di satu sisi bisa menjaga pola makan saya sendiri. Di sisi lain, mengingat
penyakit DM ini bisa menjadi penyakit turunan. Waaah kayaknya harus waspada sejak
dini.
Kurang waspada mama akan
mulut mengunya makanan, akan menahan nafsu makan yang berlebihan maka mama
mengalami kerusakan sebagian besar sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans
pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, sehingga terjadi kekurangan
insulin. Dengan demikian, berdasarkan anjuran dokter, mama sekarang ini
bergantung pada insulin suntik, dan beberapa obat lainnya.
Berbicara obat tidaklah
murah harganya. Seringkali mengiris
dompet papa sampai juta-an harganya sekali berobat. Untung saja ada kakak Tommy
dan kakak Lydia yang membantu secara finansial. Ya kalau saya untuk saat ini
hanya bisa mendoakan sambil menemani pengobatan mama dari sana dan atau ke
sini. Meskipun kami (anak-anak) menyadari bahwa tidak bisa membalas cinta-kasih
sayang mama yang ikhlas diganti dengan finansial. Ya, cinta-kasih sayang
berbeda hakikatnya dengan finansial materi. Dengan begitu, hanya belas kasih,
perhatian dan kepedulian yang bisa diberikan kepada sang mama yang melahirkan
kami.
Berhubung obat mahal,
dokter K. Pandelaki menyarankan untuk mengurus askes lalu mencari dokter
pribadi (atau pergi ke dokter askes di puskesmas terdekat) sehingga dokter
tersebut bisa mengeluarkan askes kronis. Langsung saya memohon bantuan kepada
sahabat baik, dokter Adi Tucunan untuk konsultasi penyakit DM ini. Untung saja
konsultasi dan info rujukan dokter askes diberikannya secara gratis.
Kemudian, Saya, papa dan mama kemarin siang pergi
mengurus askes yang sudah belas tahun tidak pernah diurus. Pasien sakit parah, nanti
teringat asuransi kesehatan pemerintah itu. “Begitulah kebanyak orang mengurus
akses karena kesehatan tubuh yang sudah parah”, cetus petugas loket askes itu.
Seperti ada yang tertulis
dalam I Korintus 6:19 “atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”. Di sini Paulus telah mengingatkan kepada
jemaat di Korintus bahwa tubuh mereka adalah bait Allah yang diam bersama-sama
Roh Kudus. Dengan kata lain, Tubuh untuk TUHAN dan TUHAN untuk tubuh yang
adalah anggota Kristus. Dan oleh sebab itu, muliakanlah TUHAN dengan tubuhmu.
Mengapa kita merusaki
tubuh sendiri dengan mengkonsumsi makanan yang berlebihan? Bukankah makanan
untuk perut dan atau perut untuk makanan? Dengan kata lain, apakah hidup ini
untuk makan atau makan untuk hidup?
Saya teringat saat
pernikahan Oldri Pantas di restoran Jumbo Manado. Saat resepsi itu, kelihatan
di depan meja mama sedang santap makanan berkolestrol tinggi, puding, buah
segar, dan beberapa kue. Sambil mata melotot saya berkata dalam bahasa tubuh.
Bukan hanya mama saja yang melihat, mengerti bahasa tubuh saya, melainkan ada
juga tante Ema dan tante Susye yang memperhatikan tatapan itu. Mama langsung menjawab
dengan suara datar “yang penting pulang
dari pesta ada obat Cina di rumah, kong guna apa fungsi obat-obat itu.”
Di lain kesempatan, mama
sedang menyantap beberapa kue lesat. Saya langsung menghampiri dan berkata “so boleh
jo mam itu kukis karena kukis beking diabetes mo nae.” Mama langsung
menanggapi “biar jo mama makang banya karena somo mati kwa ini, kalo so mati so nyanda
mo makang sadap.” Aduuuh, bagaimana saya harus menegur mama yang banyak
kali makan makanan enak? Sering saya menjadi pusing sendiri.
Nah, anjuran saya tidak
dipedulikannya. Beruntung anjuran dokter masih mama dengar. Di sinilah saya
tidak menyerah begitu saja. Saya membaca referensi buku diabetes dari pelbagai
pengarang untuk memberikan masukan kepada mama, bagaimana pola makan yang sehat
bagi penderita DM? syukur kepada TUHAN, mama akhirnya mulai mendengarkan
beberapa saran saya.
Persoalan gejolak sakit
mama bukan hanya mengangkut hal-hal fisik dan materi seperti mengantar ke
dokter dan mencukupi kebutuhan makanan yang sehat bagi tubuhnya, melainkan juga
dalam hal-hal non-fisik dan non-materi, misalnya memahami kejiwaan dan
menampung keluhan sakit mama.
Akhir kata, kalau dapat masalah kesehatan salah satu
anggota keluarga, tu bagini torang jang
bodok-bodok biar bukang ahli di
bidang kesehatan maar sadiki-banya tahu sebab-akibat-solusi dari panyaki itu.
Kong ikut berempati deng kerluarga yang so saki. Noh kalo bagitu, jang kase
rusak itu tubuh yang TUHAN so kase pa torang!
Inga, jaga bae-bae itu bait
Allah pa torang pe tubuh.
Manado, 21 Juni 2012
18:00
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar