Paskah bagi orang Kristen adalah sukacita yang
sungguh luar biasa, di mana Yesus Orang Nazareth telah mati dan bangkit
dari kubur mengalahkan dunia orang mati, mengalahkan maut. Kristus TUHAN
telah menang, memerdekakan bahkan membebaskan umat manusia menuju
kepada hidup yang kekal bersama-Nya. Namun nuansa ini tidak seindah
warna cakrawala nan biru di udara. Mengapa? Inilah pergumulan batin
antara saya, papa, mama dan Hendra mengenai dunia pelayanan yang sedang
saya guluti sekaligus gumuli.
Hari ini berdirilah seorang yang banyak memberikan inspirasi di dapur,
yakni: mama untuk memberikan penguatan iman, katanya: “Nency, Lebih baik
banyak memberi daripada menerima.” Jawab saya kepada sang mama
tersayang “Apa yang harus dilakukan dalam pelayanan penuh tantangan ini?
Apakah saya akan mampu melaluinya?.” Jawab mama yang sedang memasak kue
namu-namu: “sabar dalam kesesakan maka TUHAN akan memberikan
jawabannya. Jangan cemas karena TUHAN selalu berjalan bersamamu,
meskipun dunia tidak memperhitungkan pelayananmu tetapi TUHAN tidak
menutup mata dengan kebesaran pelayananmu yang tulus ikhlas.” Kata saya
kepada mama sambil terharu meneteskan air mata: “ia, semoga demikian.”
Tetapi pernyataan mama tidak membuat hati saya merasa puas. Lalu, saya
berkata kepada mama: “Dan siapakah saya yang memberi begitu saja tanpa
tanda jasa?.” Ketika pertanyaan itu dilontarkan tiba-tiba datanglah papa
Noldy Mohede ke dapur sambil membuat kopi dan sambil berkata: “Adalah
seorang yang membutuhkan uang tetapi ia hanya bermodalkan kekuatan fisik
seperti otot dan strategi bertanding dalam pertandingan Ring Tinju. Ia
pun menandatangani kontrak untuk bertanding tinju antar daerah. Ia
adalah seorang dari kepulauan Sangier datang ke daerah Manado. Kemudian,
Ia mengikuti pertandingan. Lawannya pada saat itu adalah seorang pemuda
dari Minahasa. Ketika dalam pertandingan, si pemuda Minahasa hanya tahu
menerima pukulan fulungku tinju. Ia hanya asyik menerima tanpa
memberi pukulan. Sebaiknya si pemuda Sangier datang dengan motivasi dan
semangat berapi-api bahwa dia harus memenangkan pertandingan ini. Maka
tanpa pandang bulu ia pun memberi banyak serangan pada lawannya. Memberi
banyak pukulan tanpa menerima serangan balik. Sebelum ronde keempat
berakhir sang pemuda Minahasa terseret jatuh sampai keluar dari ring
pertandingan. Karena kebanyakan menerima pukulan maka iapun tidak
sadarkan diri, dari wajah sampai badan mandi berlumuran darah. Sungguh
ironis strategi perlawanannya yang salah kaprah, yakni banyak menerima
pukulan.
Nah, Siapakah di antara kedua orang
ini, menurut pendapatmu, adalah banyak memberi dalam pertandingan tinju
ini?.” Jawab saya dengan muka sedikit senyum dan terharu: “orang yang
dengan motivasi awal untuk memenangkan pertandingan dengan strategi
memberi lebih banyak daripada menerima pukulan.
Dari kisah di atas, saya belajar banyak dibalik dunia pelayanan
melayani jemaat. Kisah ini saya tulis dengan gaya bahasa dari penulis
Injil Lukas tentang “Orang Samaria yang Murah Hati.” Di mana Yesus orang
Nazareth tidak memandang suku, Apakah imam atau Lewi dan atau orang
Samaria karena semuanya sama di mata TUHAN, dan bagaimana perbuatan yang
baik mencerminkan sikap memanusiakan manusia? Sambil merenenung, salah
seorang anak kecil yang mengikuti Yesus menjawab “orang yang telah
menunjukkan belas kasih kepadanya. Kemudian dengan tegas Yesus berkata
kepada kerumunan orang “pergilah, dan perbuatlah demikian! (Luk. 10:37).
Bagaimana kisah orang Samaria yang baik ini dihubungkan dengan petinju Sangier yang menang dalam pertandingan itu? Pertama,
mereka sama-sama melakukan perbuatan memberi. Tetapi substansi kisah
keduanya sangat berbeda. Bagi orang Samaria, memberi dengan tulus ikhlas
dengan membantu sesamanya yang sedang apes hidupnya, dirampok
bahkan dipukulin sampai menderita kesakitan memohon pertolongan orang
lain adalah sebuah perbuatan mengasihi TUHAN dan sesama manusia. Ooh
bisa diimajinasikan, sungguh mulianya hati orang Samaria itu. Di lain
kisah sang pemuda Sangier, memberi pukulan merupakan salah satu strategi
ia memenangkan pertandingan sebelum ronde ke-12. Ya, pukulan yang
banyak tanpa menerima pukulan sang lawan. Akhirnya, Lawan yang hanya
tertanam prinsip ‘asal jadi”, asal terima banyak pukulan itupun langsung
K.O.
Kedua, dikaji
dalam pelayanan. Perbuatan orang Samaria adalah perbuatan sesuai dengan
hukum Taurat meskipun orang Samaria pada masa itu di anggap sebagai
orang kafir dan kelas dua atau termarginalkan. Sebenarnya, ia melayani
dengan perbuatan kemanusiaan manusia melampaui apa yang diajarkan
ahli-ahli Taurat dan para imam. Tokh, mereka yang mengajar
setiap hari di Bait ALLAH dan berdoa panjang dengan kalimat banyak
akhirnya mereka sendiri tidak sanggup menjalankan apa yang mereka
sampaikan. Sanggat ironis, bukan? Siapakah mereka di zaman sekarang ini?
Hmmmm.., ooh yaah saya lanjut tulis aja. Kok tidak mau
terbuka? Begini, saya takut mengaktakan dan menafsirkan perbuatan orang
lain bahkan menunduh yang tidak-tidak. Okey, saya lanjut yaa.., Bagi
pemuda Sangier, semangat untuk memenangkan pertandingan menjadi dasar
kewajiban dan tanggungjawabnya yakni menandatangani kontrak dan harus
menang. Muncul pertanyaan, Mengapa dia banyak memberi pukulan bukan
menerima pukulan? Ya, yang jelas strategi ‘perang’nya sangat bermutu
untuk mencapai titik kemenangan. Lalu bagaimana dalam dunia pelayanan?
maukah saya, saudara/i lebih banyak memberi pelayanan atau lebih banyak
menerima hasil pelayanan?
Coba anda mengulurkan
kedua tangan dan membuka jari-jari anda. Apakah yang anda lihat dengan
posisi jari-jari tangan anda? Apakah posisi telapak tangan anda terbuka
ke atas atau menghadap ke bawah? Jika menghadap ke bawah, berarti anda
banyak memberi (apapun pemberian itu). Tetapi jika telapak tangan anda
menghadap ke atas maka ubah posisi tangan anda untuk menghadap ke bawah
dengan tahu banyak memberi bukan hanya tahu menerima saja.
Selamat Melayani dengan Banyak Memberi bagi Kemanusiaan
Manado, 8 April 2012
Di rajut, Pukul: 18:00
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar