Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Selasa, 10 April 2012

Apa so itu Teologi Rahim ?

     Ujang rinte-rinte kase basah kota Manado sampe Tomohon. Kita deng ibu pendeta Jane, ibu pendeta Evie, pake oto Rush warna putih melaju deng kelincahan tangan deng kaki dari ibu pendeta Magda yang pake kacamata gaul warna merah jambu itu. Kira-kira jam 12 siang torang sampe di GMIM Syaloom Tumatantang, Tomohon. Waktu itu, Rabu 14 Maret 2012 torang datang voor iko kegiatan PERUATI Minahasa.

            Dari luar so dapa lia ini bangunan gedung gereja peninggalan Belanda. Pe maso jo di dalam gedung gereja so dapa lia lima keke ada duduk di kursi plastik deng di depan meja taplak ungu. Ini peserta paling banya sekitar 50-an para pendeta parampuang di daerah Tomohon.

Adooh, so terlambat jadi malo jo noh mo duduk di muka karena peserta dan pembawa sosialisasi adalah pendeta parampuang senior. Maklum, kita weta masih krucu di PERUATI. Syukur ada kakak Angie yang ada ba togor. Kong kita ba duduk deng kakak Angie meskipun depe sapuluh menit kamudian kakak Angie so pulang karena ada urusan.

            Kase kanal (sosialisasi) PERUATI Minahasa so ba tengah pembahasan, kong ibu pendeta Ruth bilang “wewene Minahasa luar biasa. Yang iko sosialisasi ini ada generasi tua, generasi tengah deng generasi muda. Yang jadi masalah voor parampuang pendeta yakni struktur sinodal. Sama deng model piramida. Makin ka bawah, makin banyak pendeta parampuang maar makin ka atas, lebe banya pendeta laki-laki. lebe jadi masalah kalo ada pendeta parampuang ba calon maso struktural sinode bukang mo pilih pa dia maar lebe kase cungkel depe nama. Sebaliknya ada pendeta laki-laki yang mendukung pa pendeta parampuang maso struktural maar cuma dukung setengah-setengah hati. Nah, torang musti pertanyakan ini noh. Namun perjuangan PERUATI Minahasa sebenarnya jaoh lebe luas dari struktural sinodal GMIM.

            Ada tanggapan dari ibu pendeta Sientje Abram (sebutan: bunda) “kase kanal lebe jelas itu program-program rayon PERUATI. Kemudian, perlu ada ketegasan kalo pendeta parampuang di atas mimbar bukang sama deng selebritis.”

            Kong ada lei tanggapan dari ibu pendeta Posumah “kalo kelemahan parampuang yakni ia ba urus rumah tangga (anak deng suami).” Ibu Posumah ba Tanya “ so siap para pendeta parampuang maso dalam BPMS?. Ada yang ba jawab “siap”. Kong Ibu Posumah bilang “bukang cuma sekedar siap maar apa yang harus torang lakukan setelah duduk di struktural sinodal?.” Pertanyaan kritis voor para pendeta parampuang.

            Sejam so talewat, akhirnya torang istirahat makang/kuman. Isi kampung tengah dulu aaahh.,

            Ini dia diskusi yang kita tunggu dari tadi. Apa re’en itu’e? itu dank, materi Teologi Rahim dalam perspektif Mazmur 145:8-9. Diskusi ini disampaikan oleh ibu pendeta Eva Karamoy. Materi ini kwa tesis ibu pendeta Eva di Fak. Teologi UKIT. Moderator: ibu pendeta Evi. Setelah ibu pendeta Eva sampaikan garis besar materi, nah sekarang torang buka ruang diskusi, tanya-jawab.

            Pertama, ibu pendeta Posumah ba Tanya sambil duduk dengan rambut putihnya yang khas itu “apakah ini teologi rahim ato teologia rahim? woman – man. Womb depe arti rahim. jelas kalo kasih ibu itu adalah kasih yang spesial. Trus bagimana kasih Allah yang spesial sama deng kasih ibu itu?

            Ada seorang ibu pendeta ba Tanya “apa depe makna Allah yang rahimi?

            Ibu pendeta Meyta Tamboto kase masukan “ini komang materi yang bagus voor jadi rujukan pa kaum ibu, pemuda deng remaja. Kalo voor remaja lebe cocok yang kaweng muda.”  Setelah kase ini materi, “apakah materi ini Cuma tergerak dari kongres PERUATI di Ambon dan ato cuma memenuhi persyaratan jadi magister teologi?”

            “Materi yang kita ada bawa adalah latar belakang tesis. Pengalaman waktu kita beking penelitian, ada seorang ibu tidak melahirkan menganggap kalo rahimnya sebagai keadaan yang kelam. Meskipun dia akui kalo dia lahir dari rahim seorang ibu” Jawab pendeta Eva dengan suara tegas. Lalu usul pendeta Eva yang berkacamata deng pake baju putih-hitam kotak-kotak itu: “kalo torang baca alkitab musti pake kaca mata baru.”

            Ibu pendeta Ruth kase tambahan “teologi feminis lahir di Barat, mungkin lebe cocok kalo pake istilah teologi rahim karena berangkat dari torang pe budaya. Kita pe pemahaman tentang teologi rahim pertama, manusia (bae dia keke ato utu) diciptakan dari rahim ibu. Kadua, belas kasih Allah dimana parampuang ta pinggir (baca: termarginalkan) dan di tindas. Istilah teologi rahim muncul dari tokoh parampuang Minahasa yakni Marianne Katoppo dengan bukunya Compassionate and Free.

            Bunda sebagai pendeta senior ba angka tangan memberikan pernyataan “pendeta Margaretha Hendriks-Ririmasse melampaui tema yang ditetapkan para kaum adam di PGI. Mazmur 145:9b kata “rahmat” berbicara tentang bumi yang sama-sama manderita deng manusia. Jadi bisa dibilang rahim memiliki makna yang indah dan penting. Apa depe maksud? Rahim bukang hanya pa tubuh parampuang, lebe jauh rahim dipandang sebagai bumi.” Kontribusi yang membuka cakrawala para ibu pendeta.

            Ada seorang ibu pendeta yang bekerja di RS Bethesda memberikan usul “bagimana kalo cara kerja rahim dikaitkan deng pandangan medis”. Hmmm, menarik juga. Usulan disertasi voor ibu pendeta Eva Karamoy hahaha..,

            Nuansa makin ramai, para ibu pendeta mulai dapa pencerahan tentang teologi rahim. di kursi belakang, dorang ba carita bise-bise malo “kalo ada teologi rahim bagimana kalo beking teologi rahim ka atas seperti teologi buah dada ato teologi rahim ka bawa seperti teologi vagina.., samua tatawa. Dalam nuansa ramai itulah muncul ide kacil pa kita pe lampu otak “Manusia datang (baca: lahir) dari rahim ibu dan kembali (baca: mati) ke rahim bumi.

            Bunda langsung kase tanggapan “apakah teologi vagina ini di anggap tabu, porno tetapi itulah yang ada pa (baca: milik) parampuang yang perlu diangkat ato di bahas kembali.” Ada yang tatawa, ada yang ba serius maar ada lei yang baku bise malo-malo.

            Penegasan di suarakan ibu Posumah “perjuangan parampuang adalah perjuangan menjadi parampuang melalui jejaring deng laki-laki demi kemanusiaan. Apa so makna rahim voor parampuang? Apakah karena parampuang melahirkan dan ba bilang “eeeh kita melahirkan, ngana (laki-laki) nyanda. Di sinilah peran pendidikan keluarga generasi baru sangat penting. Parampuang melahirkan bukang hanya melahirkan, kong parampuang memiliki rahim bukan hanya membuahi. Setelah anak lahir dari rahim ibu, apakah torang mo kase biar ato angka tangan (baca: tidak bertanggungjawab) deng anak itu? Noh, bagimana kalo teologi rahim diganti istilah teologi vagina?”.

            Biar ujang-ujang maar diskusi makin hangat tentang penamaan teologi rahim ato teologi vagina? Hahahaha.., maar torang so musti akhiri ini materi karena so jam tiga sore.

            Abis diskusi dilanjutkan deng pelantikan PERUATI Minahasa rayon Tomohon yang dipimpin ketua PERUATI Pusat, ibu pendeta Ruth Wangkai dan Sekretaris PERUATI Minahasa, ibu pendeta Evie Rawung. Nyanda ketinggalan foto bersama voor dokumentasi.

                                                                       Sampe Bakudapa


Manado, 16 Maret 2012
23:40
Nency A. Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: