Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Selasa, 10 April 2012

Kepolosan Nasrudin

  Nasrudin dikunjungi seorang teman yang membawa seekor bebek. Kemudian Nasrudin pun memasak sop bebek dan menyantapnya bersama teman itu. Sekitar sejam setelah temannya pulang, datanglah seorang yang sama sekali tidak dikenal Nasrudin. orang itu berkata "Aku adalah teman dari teman yang membawa bebek tadi." Memang masih ada sisa sop bebek itu, namun hanya sedikit sekali. Cepat-cepat Nasrudin menambah air lalu menyajikannya. Sejam kemudian datang lagi orang yang tidak dikenal dan berkata "Aku adalah teman dari teman dari teman yang membawa bebek tadi." Nasrudin menjadi bingung. Sisa kuah sop itu sudah tinggal sedikit sekali. Maka Nasrudin menambah lagi air lalu menyajikannya. Baru saja orang itu mencicip ujung sendok, ia membentak "sop apa ini?" Dengan tenang Nasrudin menjawab "ini adalah sop bebek dari sop bebek dari sop bebek."

       Pada kesempatan lain Nasrudin sedang berjalan ke kota, beberapa anak nakal ingin memperdaya dia dan mencuri sandalnya. Mereka berpura-pura meminta Nasrudin mengajar mereka memanjat pohon. Nasrudin pun melepaskan sandal, memasukkan sandalnya ke dalam saku, lalu mulai memanjat pohon. Anak-anak menjadi bingung dan berteriak, "Kenapa sandalnya di bawa?" Nasrudin menjawab, "Barangkali di puncak pohon ada jalan. Aku ingin belajar berjalan di situ."

       Pada suatu hari Nasrudin meminjam sebuah panci besar dari tetangga yang terkena licik dan serakah. Ketika ia mengembalikan panci itu, dimasukkannya sebuah panci baru yang kecil. Ia berkata "pancimu hamil dan semalam melahirkan anak." Tanpa mengucap apa-apa tetangga itu mengambik kedua panci itu. Seminggu kemudian Nasrudin meminjam lagi kedua panci itu. Esok harinya ketika tetangga itu menagih, Nasrudin berkata, "Pancimu semalam telah meninggal dunia." Tetangga itu marah, "Mustahil, mana ada panci meninggal dunia!" Nasrudin menjawab, "ketika pancimu hamil dan melahirkan, kamu tidak bilang apa-apa; sekarang pancimu meninggal dunia, kamu bilang mustahil."

       Kepolosan Nasrudin membuat pesan kebenaran yang ampuh. Coba simak anekdot ini. Nasrudin sedang berdiri di depan pasar yang ramai dengan orang berlalu-lalang. Temannya bertanya, "Mengapa tidak diatur saja berjalan ke satu arah yang sama?" Nasrudin menjawab, "Kalau semua orang berjalan ke arah yang sama, dunia ini akan miring dan berat sebelah." Artinya, Keselarasan tercipta bukan melalui penyeragaman, melainkan justru melalui kemajemukan.

       Nasrudin sedang duduk di tepi danau. Tiba-tiba ada orang tenggelam dan berteriak, "Tolong, tolong!" Langsung orang-orang berteriak, "Berikan tanganmu! Tetapi orang itu tidak mau mengulurkan tangannya. Lalu Nasrudin mendekati dan berteriak, "Ambil tanganku!" Ketika itu juga orang tadi meraih dan memegang erat tangan Nasrudin. Semua orang heran dan bertanya, "Nasrudin, mengapa dia tidak mau menanggapi teriakan kami?" Nasrudin menjawab, "Orang ini terkenal kikir. Ia tidak mau memberi, ia hanya mau mengambil."

       Ada seorang pemuda makan sebutir telur rebus di warung. Sesudah makan ia pergi tanpa membayar. Setahun kemudian ia kembali lagi untuk membayar. Tetapi pemilik warung berkata, "Memang uangmu ini pas untuk sebutir telur rebus. Tetapi kamu harus bayar seratus kali lipat, sebab dalam waktu setahun telur itu bisa menetas menjadi ayam dan ayam itu bertelur dan telur itu menjadi ayam lagi!" Pemuda itu tidak bisa menerima alasan tersebut. Dibawalah persoalan ini ke pengadilan. Lalu pengadilan memanggil Nasrudin untuk memberikan kesaksian. Lama sekali Nasrudin ditunggu, ia sangat terlambat. Hakim pun menegur, "Nasrudin, mengapa kamu terlambat?" Nasrudin menjawab, "Maaf, tuan hakim, aku terlambat karena aku sedang merebus benih gandum untuk ditanam." Hakim itu langsung menegur, "aneh betul kamu, masakan benih gandum yang sudah direbus bisa ditanam dan menghasilkan gandum?" Nasrudin menjawab, "Memang aneh, sama anehnya dengan sebutir telur yang sudah direbus tetapi bisa menetas menjadi ayam."

       Nah ini cerita terakhir yang ditulis oleh Bpk Andar Ismail dalam bukunya Seri Berkiprah. Nasrudin melakukan perjalanan bersama dua orang kawan. Ia lapar dan ingin membagi roti satu-satunya yang dimilikinya. Tetapi kedua teman yang belum lapar itu berkata, "Besok sajalah! Malam ini kita langsung tidur. Barangsiapa yang mimpinya paling bagus, dia boleh makan roti ini." Keesokan harinya seorang teman berkata, "mimpiku sangat bagus, aku melihat nabi." Temannya yang lain berkata, "Mimpiku lebih bagus lagi, aku melihat Tuhan." Sekarang giliran Nasrudin. Dengan suara perlahan dan kepala menunduk Nasrudin berkata, "aku tidak melihat nabi dan juga tidak melihat Tuhan. Yang kulihat adalah istriku. Ia menyuruh aku memakan roti itu. Lalu aku segara bangun dan langsung memakan roti itu. Sekarang roti itu sudah habis.

      Tiap Anekdot Nasrudin ini menyimpan makna kebanaran. Kepolosannya membuat pembaca tertawa bahkan menertawakan diri sendiri.

Tidak ada komentar: