Ini menjadi pengalaman pertama saya memimpin ibadah doa dan
penginjilan di Jemaat GMIM Bukit Karmel Batu Kota. Rabu, 29 Februari
2012 saya mendapat kepercayaan dari Ibu Pdt Ria Wuntu-Kuhon (Ketua BPMJ
GMIM Bukit Karmel) untuk menggantikan jadwal dari Ibu Pdt Ria sekaligus
membawakan ibadah ini.
Ketika saya mendapat sms dari
Ibu Pdt Ria, jujur saya gugup dan makanan yang hinggap di kerongkongan
ini sulit terjun bebas di kedalaman lambung yang membutuhkan makanan. Aaah, gelisa hidup saya seharian itu.
Selama beberapa jam saya termenung sambil memohon hikmat dari-Nya. Berbagai ide pun muncul seperti kue cucur yang memiliki banyak renda, bak gelombang ide berguguran di hati dan pikiran ini.
Berlarinya waktu, tibalah pukul enam sore. Saya berangkat ke gedung gereja membawa alkitab, note book yang saya peroleh dari kegiatan Indonesia Youth Camp 2011, polpen dan tas mini merah.
Ibadah di buka oleh Bpk Arthur Pinaria selaku ketua komisi pekabaran
injil dan doa di jemaat di mana saya berdomisili. Yang hadir pada saat
itu, empat perempuan dan tiga laki-laki. saya membawa ibadah doa dan
penginjilan ini. Nah, mulailah keringat dingin bercucuran
membasahi baju batik merah-hitam. “Aduuh, jangankan pimpin ibadah doa
ini, berdoa saja saya sering grogi,” pikir usilku.
Dalam keadaan itulah saya mulai menguasai diri, emosi dan pikiran saat
melihat disekeliling bapa-bapa gereja dan ibu-ibu gereja nan fasih
berbicara. Dengan hati-hati dan hati kecil saya mengantar ibadah ini
menuju pada khotbah dialog. Maklum, saya paling muda, belum menikah dan
belum banyak pengalaman di jemaat.
Lalu saya mengajak
mereka membuka alkitab dengan pembacaan firman Tuhan sesuai dengan
minggu berjalan yang di tetapkan sinode GMIM yakni kitab Yesaya 50:4-11.
Refleksi saya tentang “Doa Hamba Tuhan yang Taat”. Setelah pengatar
saya sampaikan maka tibalah saya bertanya kepada mereka “ Siapakah hamba
Tuhan itu? Dan Bagaimana sikap yang baik sebagai hamba Tuhan ketika
taat dalam situasi sengsara kurang membebaskan?”
Saat itu, kami duduk di kursi rotan sambil melingkari meja bundar di
ruang konsistori. Di samping kiri saya, terdengar suara Bpk Arthur
Pinaria berkata “hamba Tuhan diberi janji keselamatan di tengah cobaan
dan tantangan hidup. Tantangan hamba Tuhan yaitu mencari Tuhan dalam
penyakit berbahaya (seperti kanker) maupun penyakit biasa (seperti flu).
Apakah kita lebih mementingkan rasio dan atau lebih dominan iman.”
Di samping kiri Bpk Arthur, duduk Bpk Tijow yang telah berumur 70-an.
Bpk Tijow mengangkat tangan lalu berbicara “biasanya manusia/jemaat
tiada ada jalan keluar atau sudah mentok sampai di sini. Yang
di pikirkannya hanya berobat kepada dokter tanpa berdoa kepada Tuhan
Yesus” Kemudian ia berbicara pengalamannya semasa kecil sampai saat ini.
Sharing pengalaman ini memakan waktu setengah jam. “Jikalau
menjadi hamba Tuhan maka ia harus mengetahui ke dalaman perasaan hati
Tuhan” cetus Bpk Tijow yang rambutnya berwarna putih bercampur hitam.
“Sebagai pendoa dan hamba Tuhan maka ucapannya adalah nasehat, ajakan
untuk beribadah bagi mereka yang kurang aktif dalam pelayanan, memberi
berkat”, tambahan ucapan opa Tijow mengakhiri pembicaraan.
Mungkin kebanyakan orang sudah terbiasa dengan diskusi khotbah dialog
dan berdoa yang kata-katanya panjang. Namun, bagi saya ini menjadi
petualang baru di dunia penerapan ilmu teologi dan sosiologi agama di
jemaat. “Aaaah, apa gunanya gelar akademik jika ilmu yang diperoleh tidak di jabarkan di ranah jemaat”, pikir optimisku.
“Sebagai hamba Tuhan tidak memandang pendidikan dan usia, siapa saja
bisa dipanggil oleh Tuhan Yesus menjadi Hamba-Nya.” Ujar Bpk. Simon
Pella yang duduk di samping kanan saya. Dengan ucapan tegas dan tatapan
tajam sambil ia berucap “Hamba Tuhan harus bisa berpuasa dan siap
mengampuni keluarga atau jemaat. Hamba Tuhan tidak boleh bertengkar (babakalae).
Mengapa? Karena di tengah perkelahian hamba Tuhan terdapat hamba Iblis
yang senang jikalau hamba Tuhan saling berkelahi dan memarahi. Ingat,
Tuhan saja ingin berdamai dengan anda.” Ia mengatakan bahwa ada dua hal
yang mempengaruhi hidup manusia, yakni kesehatan dan keamanan. Dan oleh
karena itu kita harus imani dan amini bahwa Tuhan Yesus akan memagari
dan melindungi kita sebagai hambaNya.
Saya terkesan
dengan pernyataan Bpk. Simon bahwa alam roh berbeda dengan alam manusia.
saya jadi berpikir “kok ada dua alam yach?” hmmmm
Upps,
sekarang perempuan mengambil alih pembicaraan. Menurut Ibu Usin bahwa
di Manado muncul fenomena pengobatan listrik dari Cina dengan harga
murah. Misalnya Ceragem dan Matenoia. Fenomena ini menjadi unik karena
banyak pendeta, penatua dan syamas datang berobat di tempat itu. Alasan
mereka berobat untuk mendapat kesembuhan sakit dan panjang umur. Waduuh,
kok panjang umur dan kesehatan diperoleh dari pengobatan Ceragem dan
Metanoia ini? cetus Ibu Usin. Lalu ia menambahkan “sebagai hamba Tuhan,
maka berdoalah dengan iman dan bukan mencari hal-hal gaib yang
menggunakan teknologi canggih.
Luar biasa sharing pengalaman dan jawaban para bapak dan ibu sehingga tak terasa sudah pukul sembilan malam.
Di akhir ibadah saya mengajak doa berantai. Di mana pokok-pokok doa
saya tulis di kertas kecil dan di bagi-bagikan. Maksud pembagian doa
yakni agar supaya semua yang hadir di ibadah ini mendapat bagian untuk
berdoa.
Ketika berdoa, saya melihat dalam doa ada sebuah daerah
nan luas berumputan hijau saat fajar menyingsing. Kemudian, saya melihat
ada sebuah air terjun. Nah, apakah yang akan terjadi dalam diri saya melalui penglihatan doa itu?
BERSAMBUNG
Manado, 2 Februari 2012
16:18
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar