Syaloom, malam bae bagi saudara/i yang dikasihi dan
mengasihi TUHAN Kita Yesus Kristus, Kehadiran gereja-gereja di Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari pekerjaan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh bangsa
Barat. Sadar ataupun tidak, langsung ataupun tak langsung corak Barat dalam
kehidupan gereja-gereja di Indonesia masih terasa. Hal ini dapat dilihat dari
bentuk ibadah, disain gedung gereja, struktur gereja, kegiatan-kegiatan dan
doktrin/ajaran2nya. hal seperti ini wajar saja. Akan tetapi apabila kemudian
gereja-gereja di Indonesia melihat tugas dan panggilannya, tugas missio dei
(Misi Allah) sebagai tugas dan panggilan gereja-gereja di Barat maka disitulah terletak masalahnya.
Masalahnya adalah, apakah gereja-gereja yang berada di Indonesia harus menjadi
sama dengan gereja-gereja yang berada di Barat dalam pengertian hanya menjadi
gereje-gereja Barat yang berada di Indonesia? Secara teologis, sebagai umat
Allah, dan tubuh Kristus, tugas dan panggilan gereja di mana saja yaitu untuk
menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Kerajaan Allah, Allah yang meraja
dalam kehidupan manusia, tidak berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Solidaritas Allah terhadap keadilan, kebebasan dan kemanusiaan merupakan
perwujudan, tanda, perintis dan perjuangan Kerajaan Allah terhadap manusia.
Dalam solidaritas dengan mereka yang sengsara, tertindas, mengalami kekerasan,
maka disitulah gereja memperjuangkan sesuatu kehidupan baru, baik jasmani
maupun rohani. Inilah yang menjadi pernyataan dan sekaligus pergumulan Pendeta
John Titaley dalam kata pengantar buku rampai yang disusun PERSETIA (Perhimpunan
Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia) yang berjudul “Mengupayakan Misi Gereja
yang Kontekstual.”
Dalam rangka
inilah maka timbul pertanyaan, sejak kapan ada Yesus? Jawab: Sejak Natal.
Tanya: sejak kapan ada Roh Kudus? Jawab: Sejak Pentakosta. Kedua jawaban itu salah.
Mungkin tampak sepele, tetapi kesalahan itu bisa menjadi penyebab berbagai
kerancuan paham tentang Roh Kudus dan penyalahgunaan nama Roh Kudus. Dibelakang
kesalahan itu ada anggapan sebagai berikut. Mula-mula ada Allah, lalu ada
Yesus, dan setelah itu ada Roh Kudus. Kitab Kejadian menceritakan tentang
Allah, kitab Injil menceritakan Yesus dan Kisah Para Rasul menceritakan Roh
Kudus. Dengan anggapan itu kita telah memisahkan Roh Kudus dari Yesus dan
Memisahkan Yesus dari Allah. Itulah akar kesalahannya. Yesus bukan baru ada
sejak Natal, melainkan sudah ada sebelum Penciptaan alam. Kalimat pertama Injil
Yohanes pasal 1 berbunyi: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Begitu juga Roh Kudus bukan baru ada
sejak Pentakosta, melainkan sudah ada sebelum penciptaan (Kej. 1:1). Dan oleh
karena itu, kita keliru jika menganggap natal dan pentakosta sebagai urutan
kronologis. Mungkin salah satu anggapan kita terjebak pada kronologi ini ketika
ditulis Lukas dalam Kis. 2:1-13. Di mana Lukas, menghubungkan manifestasi Roh
Kudus dengan hari raya panen Yahudi yang bernama Pentakosta, lima puluh hari
setelah kebangkitan Yesus Kristus. Roh dalam bahasa Yunani disebut pneuma dan dalam bahasa Ibrani disebut Ruah yang berarti nafas atau angin.
Dengan demikian, Roh dari Allah inilah yang menyebabkan manusia dibentuk dari
tanah liat, menjadi hidup dari nafas atau Roh Allah. Untuk dipertegas bahwa Roh
Kudus adalah Roh Yesus yang masuk dalam kematian, kebangkitan dan kenaikan
Yesus ke Surga.
Ada ungkapan
yang mengatakan, ooh di gereja ini
tidak ada Roh Kudus dan gereja kami memiliki Roh Kudus. Apakah benar demikian?
Sebenarnya, Roh Kudus adalah Roh Allah dan Roh Yesus yang dikirim masuk dalam
hidup saudara/i dan saya sekalian. Untuk apa Roh Kudus itu? Dalam bahasa Yunani
disebut Parakletos artinya pembela,
pengantara, pendamping, pendorong, penguat, pelindung dan penolong. Itulah
fungsi-fungsi Roh Kudus yang diutus selalu berserta kita. Dan oleh karena itu,
kita harus menguji roh, apakah ini benar-benar Roh Kudus atau roh keinginan
diri sendiri?
Saudara/i yang dikasihi
dan mengasihi TUHAN Kita Yesus Kristus, Ayat 19 a dan c menuliskan “untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, untuk membebaskan orang-orang
yang tertindas.” Pernyataan yang dikutib TUHAN Yesus dari kitab Yesaya
membuktikan bahwa Yesus semasa hidupnya memperjuangkan pembebasan manusia.
Pembebasan yang bagaimana? Ya, pembebasan dari kelas (antara kaya dan miskin),
dari suku (Suku Lewi dan Samaria), konstruksi gender (antara laki-laki dan
perempuan) dan agama (Yahudi dan non Yahudi). Menurut Gustavo Guterrez dalam
teologi pembebasannya di Amerika Latin menuliskan “Yesus Kristus menjadikan
manusia sungguh-sungguh bebas. Ini berarti, Yesus Kristus, memungkinkan manusia
untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya dan menghadirkan Kerajaan Allah di
muka bumi ini. Karena Yesus Kristus adalah dasar bagi segala persaudaraan
manusiawi. Jika ditarik benang merah, persaudaraan manusiawi dari Yesus inilah
yang menjadikan Tou Minahasa Kristen terkenal dengan slogan “torang samua
basodara.”
Kemanusiaan
manusia dari Yesus Kristus dalam amanat agungnya menunjukkan bahwa TUHAN Yesus
adalah sumber inspirasi, pencerahan dan jalan akan keselamatan hidup yang
kekal. Ia adalah Allah dan Roh Kudus sendiri. Dan oleh karena itu, TUHAN Yesus
mengurapi dengan Roh Kudus kepada saudara/i dan saya untuk menyampaikan Injil
kepada orang miskin, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas,
serta memberitakan tahun rahmat TUHAN. Kemudian, bagaimana ini semua bisa
terlaksana? Kita di anugerahkan talenta-talenta dan atau karunia-karunia Roh
yang berbeda dan bagaimana anugerah ini dijalankan sesuai dengan profesi hidup
kita, apakah sebagai hakim, polisi, guru, ibu rumah tangga, pelajar, dokter,
para pelayan khusus, dosen, dan pelbagai pekerjaan lainnya.
Sepanjang
hidup kita sebagai Tou (org) Minahasa Kristen selalu dan terus berjuang. Pendeta
Andar Ismail dalam buku terbarunya yang berjudul Selamat Berjuang
menuliskan “Apakah yang akan kita perjuangkan. Berjuang untuk sesuap nasi, untuk
sambung hidup, untuk mengembangkan diri, untuk lulus ujian nasional, berjuang
untuk menjalani terapi, untuk sehat serasi, untuk HAM, dan untuk mengikuti
Kristus Sang Rabi sekaligus Sang Abadi, serta untuk tetap utuh sebagai
suami-istri dalam bahtera rumah tangga dan juga sebagai warga republik
Indonesia. Seperti ikan salmon berjuang melawan arus sungai dengan penuh bahaya
dan sukar serta melompati riam, begitulah kita berjuang sekuat tenaga mengatasi
segala rintangan dan berbagai rawan-ancaman.”
Ingat, bahwa
Yesus pemuda Yahudi dari Nazaret, di tolak masyarakat di tempat Ia berasal.
Mengapa Yesus ditolak? Karena, masyarakat mengetahui bahwa Yesus adalah anak
Yusuf, anak tukang kayu mana mungkin Yesus itu adalah mesias, melampaui nabi
Elia dan Yesaya. Nah, apalagi kita sebagai gereja yang adalah orangnya,
pastilah banyak tantangan, pergumulan hidup bahkan penolakan.
Dan oleh sebab itu, TUHAN
Yesus memanggil dan memilih saudara/i dan
saya untuk menjadi Tou Minahasa Kriten yang sejati dalam sikap
mengasihi, membela keadilan, kebebasan dan berjuang demi keutuhan rumah tangga.
Karena hidup ini bukan hanya perjuangan saudara/i dan saya, melainkan juga
perjuangan TUHAN. Refleksikan bahwa Perjuangan dalam sebuah proses masih
panjang. Akhir kata, Selamat hari raya Pentakosta di setiap sepak terjang
perjuangan hidup. Pakatuan wo
pakalowiren kita imbaya.
Amin.
Khotbah Ibadah malam di Gedung
Gereja GMIM Bukit Karmel Batukota.
Manado, 27 Mei 2012
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar