Kristus, TUHAN
Engkau mengirim sehelai surat bagiku.
Awalnya saya berpikir mungkin
salah alamat?
Aaah, benar ini nama saya, GMIM.
Beralamat di Minahasa Lingkungan
19, Nomor 34. Kode pos 00078.
Hari ini tanggal 30 September
saya menerima surat
spesial dari-Mu.
Dengan perasaan ragu bercampur
bahagia,
Saya membaca perlahan-lahan
maksud surat-Mu.
Engkau mengenal kondisi tubuh
saya.
Ini jelas tertulis dalam surat cinta kasih-Mu
padaku.
Adapun isi surat-Mu:
“Dulu, engkau seorang muda,
tubuh kecil dan rambut pendek.
Semangat berkobar ketika Injil
Kerajaan Allah tersebar.
Ingin bebas dari perwalian gereja
tua (kolonial),
berpikir kritis untuk hidup
mandiri.
Sesuai dengan konteks Minahasa.”
“Tentu saja, TUHAN.” sahut saya
sambil terharu.
“Engkau yang telah Aku panggil
dan utus,
Bisa menghidupi diri sendiri,
diraih berkat tangan kasih-Ku. *
Kis. 18:1-4
Tentu saja, Aku melihat rasa
syukur dan kegiranganmu,
takut dan gentar sambil memohon
hikmat.
Aku terharu melihat engkau bisa
sekolah,
berhasil dan menjadi manusia
seutuhnya.
Menjadi penolong bagi yang sakit, ** Luk. 10:25-37
Disayangi banyak teman.
Terutama menjadi suara nabi bagi kehidupan
beragama dan bermasyarakat.
Aku akan membuat engkau menjadi
bangsa yang besar,
dan memberkati engkau,
serta membuat namamu masyhur. ***
Kej. 12:2
Tanah Minahasa ini aku berikan,
sebagai simbol dan makna, Akulah
Pemilik tanah ini.
Ingatkanlah kepada anak-cucumu untuk
kelolah dengan baik!
Dari dekat, gedung sekolah rusak
di bom sekutu.
Terjadi kelaparan di mana-mana.
Terjadi kesenjangan sosial.
Ini semua terjadi sebab Aku membebaskan
engkau dari dekat. **** Mikha 6:3-5
Namun, itu semua baru sebagian
kecil dari proses perjalanan hidupmu.
Agar supaya engkau mengakui
perbuatan-Ku yang adil.
Apalagi Aku melihat engkau makin
bertumbuh.
Aku bangga engkau mengikuti teladan-Ku.
Namun, apakah anak-anak dan
cucumu mengikuti teladan-Ku?
……………………………
……………………………
……………………………
Hai kamu GMIM,
Aku harap surat yang ditulis dengan darah-Ku ini
tidaklah sia-sia.
Sejujurnya, engkaulah surat-Ku
ini.
Surat Kristus yang tertulis dalam
hati-Ku,
dikenal, dibaca dan dijabarkan
kepada semua orang. ***** 2 Kor. 3:1-6
Aku mengirimkan Roh yang Hidup,
agar supaya kamu tidak binasa,
melainkan peroleh hidup yang
kekal.”
Membaca isi surat-Mu,
menangislah, saya. .
Ya, saya terharu dan sedih bahkan
perih.
Dahulu, badan kuat dan pikiran
segar,
hati yang sabar, sikap yang bijak
dan jiwa ikhlas,
seakan sirna dengan keegoisanku.
Mengapa saya bisa se-egois ini?
Bukan dengan bom, melainkan
dengan tangan sendiri,
saya menghancurkan sekolah,
tempat yang telah Engkau pilih
itu.
“Loyang”
terbelah dua.
“Dapur” menjadi kotor,
banyak bangku kosong.
Anak-cucuku tidak mau makan di
meja makan yang sama.
Perpecahan di mana-mana,
beberapa kali saya tidak habis pikir,
sang anak mau menggadaikan tanah
pemberian-Mu.
Belum lagi, sang cucu telah
menjual sebagian tanah diseberang.
Kemudian, sang anak mantu
berpaling dari amanat-Mu.
Banyak sahabat telah meninggalkan
kami.
Mengapa ini semua terjadi dalam
kehidupan keluarga kami, ya TUHAN?
Surat balasanku hampir tidak bisa di baca.
Entak kenapa, tulisanku menjadi
cakar ayam.
Surat Kristus menjadi kabur,
mungkin pandangan mataku yang
semakin kabur,
atau mendung sedang menyelimuti
malam ini?
Aaah…, Entahlah….
Sekarang, tubuh saya gemuk.
Kata saudara, “saya lebih
sejahtera.”
Kata sahabat, “fresko dari luar maar sarang penyakit.”
“sudah tua, jaga pola makan!”
jawab dokter tegas.
Kristus, TUHAN,
hamba mengaku akan kesalahan dan
dosa ini.
Bukan karena bisikan orang lain,
melainkan bisikan hati nuraniku.
Karuniakanlah saya hati yang taat,
setia dan rendah hati,
supaya diumur 78 tahun ini,
bukan seperti orang yang lupa
diri,
melainkan menjadi orang yang tahu
diri,
akan masa bakti ini,
bakti kepada-Mu, ya TUHAN.
Seperti materai yang menempel di surat Kristus,
aku juga akan mengabdi sampai
akhir hidup ini.
Ketika aku berprestasi, Engkau
bangga padaku.
Ketika aku keliru, Engkau
menegurku.
Akhirnya,
Apakah balasan surat Kristus
dalam kehidupan kami sesudah
kematian?
Sorga atau neraka?
* Tulisan ini muncul dikesunyian
malam, garis besar perenungan di gedung gereja sekaligus HUT ke-78 GMIM
bersinode.
Manado, 28 September 2012
00:40
Nency A Heydemans Maramis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar