Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Mari Berdoa untuk Kemanusiaan

Kamis, 27 September 2012

SURAT KRISTUS




Kristus, TUHAN
Engkau mengirim sehelai surat bagiku.
Awalnya saya berpikir mungkin salah alamat?
Aaah, benar ini nama saya, GMIM.
Beralamat di Minahasa Lingkungan 19, Nomor 34. Kode pos 00078.
Hari ini tanggal 30 September saya menerima surat spesial dari-Mu.

Dengan perasaan ragu bercampur bahagia,
Saya membaca perlahan-lahan maksud surat-Mu.
Engkau mengenal kondisi tubuh saya.
Ini jelas tertulis dalam surat cinta kasih-Mu padaku.

Adapun isi surat-Mu:
“Dulu, engkau seorang muda,
tubuh kecil dan rambut pendek.
Semangat berkobar ketika Injil Kerajaan Allah tersebar.
Ingin bebas dari perwalian gereja tua (kolonial),
berpikir kritis untuk hidup mandiri.
Sesuai dengan konteks Minahasa.”

“Tentu saja, TUHAN.” sahut saya sambil terharu.

“Engkau yang telah Aku panggil dan utus,
Bisa menghidupi diri sendiri,
diraih berkat tangan kasih-Ku. * Kis. 18:1-4
Tentu saja, Aku melihat rasa syukur dan kegiranganmu,
takut dan gentar sambil memohon hikmat.

Aku terharu melihat engkau bisa sekolah,
berhasil dan menjadi manusia seutuhnya.
Menjadi penolong bagi yang sakit, ** Luk. 10:25-37
Disayangi banyak teman.
Terutama menjadi suara nabi bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,
dan memberkati engkau,
serta membuat namamu masyhur. *** Kej. 12:2
Tanah Minahasa ini aku berikan,
sebagai simbol dan makna, Akulah Pemilik tanah ini.
Ingatkanlah kepada anak-cucumu untuk kelolah dengan baik!

Dari dekat, gedung sekolah rusak di bom sekutu.
Terjadi kelaparan di mana-mana.
Terjadi kesenjangan sosial.
Ini semua terjadi sebab Aku membebaskan engkau dari dekat. **** Mikha 6:3-5
Namun, itu semua baru sebagian kecil dari proses perjalanan hidupmu.
Agar supaya engkau mengakui perbuatan-Ku yang adil.

Apalagi Aku melihat engkau makin bertumbuh.
Aku bangga engkau mengikuti teladan-Ku.
Namun, apakah anak-anak dan cucumu mengikuti teladan-Ku?
……………………………
……………………………
……………………………


Hai kamu GMIM,
Aku harap surat yang ditulis dengan darah-Ku ini tidaklah sia-sia.
Sejujurnya, engkaulah surat-Ku ini.
Surat Kristus yang tertulis dalam hati-Ku,
dikenal, dibaca dan dijabarkan kepada semua orang. ***** 2 Kor. 3:1-6
Aku mengirimkan Roh yang Hidup,
agar supaya kamu tidak binasa,
melainkan peroleh hidup yang kekal.”


Membaca isi surat-Mu,
menangislah, saya. .
Ya, saya terharu dan sedih bahkan perih.
Dahulu, badan kuat dan pikiran segar,
hati yang sabar, sikap yang bijak dan jiwa ikhlas,
seakan sirna dengan keegoisanku.

Mengapa saya bisa se-egois ini?
Bukan dengan bom, melainkan dengan tangan sendiri,
saya menghancurkan sekolah,
tempat yang telah Engkau pilih itu.
“Loyang” terbelah dua.
“Dapur” menjadi kotor,
banyak bangku kosong.
Anak-cucuku tidak mau makan di meja makan yang sama.


Perpecahan di mana-mana,
beberapa kali saya tidak habis pikir,
sang anak mau menggadaikan tanah pemberian-Mu.
Belum lagi, sang cucu telah menjual sebagian tanah diseberang.
Kemudian, sang anak mantu berpaling dari amanat-Mu.
Banyak sahabat telah meninggalkan kami.
Mengapa ini semua terjadi dalam kehidupan keluarga kami, ya TUHAN?


Surat balasanku hampir tidak bisa di baca.
Entak kenapa, tulisanku menjadi cakar ayam.
Surat Kristus menjadi kabur,
mungkin pandangan mataku yang semakin kabur,
atau mendung sedang menyelimuti malam ini?
Aaah…, Entahlah….

Sekarang, tubuh saya gemuk.
Kata saudara, “saya lebih sejahtera.”
Kata sahabat, “fresko dari luar maar sarang penyakit.”
“sudah tua, jaga pola makan!” jawab dokter tegas.


Kristus, TUHAN,
hamba mengaku akan kesalahan dan dosa ini.
Bukan karena bisikan orang lain,
melainkan bisikan hati nuraniku.
Karuniakanlah saya hati yang taat, setia dan rendah hati,
supaya diumur 78 tahun ini,
bukan seperti orang yang lupa diri,
melainkan menjadi orang yang tahu diri,
akan masa bakti ini,
bakti kepada-Mu, ya TUHAN.



Seperti materai yang menempel di surat Kristus,
aku juga akan mengabdi sampai akhir hidup ini.
Ketika aku berprestasi, Engkau bangga padaku.
Ketika aku keliru, Engkau menegurku.


Akhirnya,
Apakah balasan surat Kristus
dalam kehidupan kami sesudah kematian?
Sorga atau neraka?



* Tulisan ini muncul dikesunyian malam, garis besar perenungan di gedung gereja sekaligus HUT ke-78 GMIM bersinode.




Manado, 28 September 2012
00:40
Nency A Heydemans Maramis

Tidak ada komentar: